Selamat malam [pagi]…. Ehhmmm…aku tak tahu akan mulai dari mana. Hanya sepenggal memori mungkin akan menyisa, menuju kesah dan tirai bahagia. Tiga tahun lalu aku tersesat, ku arungi sebuah kota yang berbudaya. Sebuah kota yang memiliki akar sejarah dengan artefak feodalisme, dengan berbagai macam kemegahan tradisi dan adat leluhur yang masih terjaga. Kota yang penuh dengan rona kebebasan untuk mengekspresikan diri mulai seni, pendidikan, intelektual, kebudayaan, hingga deretan kesenangan sesaat yang ditawarkan sepanjang jalan. Waktu itu, aku masih ragu tuk langkahkan kaki, namun dengan segala macam cita yang bersemayam dikepala aku pun memantapkan langkah menuju titik nol [0]. Disana kudengar suara-suara bergemuruh penuh dengan kekesalan namun bahasanya runtut, logis, dan akademis. Tak syak lagi! Para mahasiswa itu sedang turun ke jalan, aksi dengan denyut orasi yang menyatakan pembelaan atas nama keadilan. Diterik matahari yang begitu panas, dengan semburat kuning ya...