Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2013

Only love can break your heart

Only love can break your heart I Terkadang hidup ini seperti permainan catur tanpa alas, tanpa dasar. Kita bermain dengan segala riuh-rendah yang ditawarkannya dengan segala rupa. Mungkin kita lupa mana arah bermuara, ketika pelupuk mata tertahan oleh segala kegagahan dan pernik kemewahan yang ditawarkannya.  Dan seperti lazimnya permainan: ada yang menang, juga yang jadi pecundang. Tapi diantaranya ada sebuah ranah yang mempertautkannya. Sebuah ruang di mana antagonisme tak lagi ada. Ranah yang terkadang luput tak tergapai, terlupa pada kepalsuan—banalitas hasrat yang selalu tak pernah terpuaskan. Sunyi, barangkali, kian jadi suri, makin tak bisa di temui. Seperti juga cinta yang seringkali hanya jadi permainan hasrat kuasa, permainan perburuan bagi manusia yang menyandang tahta. Mereka yang tak punya apa-apa, siap saja jadi pecundang. Hanya sekedar meratapi anugerah cinta yang ditelusupkan oleh Tuhan, atau mungkin frustrasi atas penampikan yang menyeringai di tiap jeng...

Agama, kekerasan, dan cinta

“Keselamatan ada pada cinta, terlindung dalam hati yang bening, keheningan hati yang seakan kosong, tapi sebenarnya penuh berisi hasrat akan Kebenaran…” –R. Ng. Ranggawarsita Agama, tidak dapat dipungkiri, telah memainkan perannya yang begitu rupa dalam membentuk peradaban manusia. Telah banyak narasi yang menceritakan keberhasilannya mendamaikan dan meluruhkan begisnya nafsu dan libido kebinatangan manusia. Tapi juga alangkah banyak yang menceritakan wajah seringai dan buas agama terhadap kecenderungan pada yang beda. Wajah agama yang berparas mendua inilah agaknya yang menjadikannya selalu diharapkan sekaligus di kecam. Dalam setiap agama, kita tahu, selalu mengajarkan kedamaian, perdamaian, saling menghargai yang beda, bahkan dalam beberapa keyakinan teologis, menyakiti dan menghina makluk lain ( liyan ) berarti juga menyakiti dan menghina Tuhan. Tuhan seolah mengingkarnasi dalam makhluk-Nya—sejurus sang pemeluk agama itu meyakini bahwa relasi etis terhadap sesama makhluk...

LOVE, cinta???

Cinta selalu jadi hal yang tak selesai di dunia ini. Setiap manusia tentu saja pernah merasakan hangat dan sublimnya, bahkan sakit dan penderitaannya. Bayangkan jika hidup ini tanpa cinta, mungkin dunia ini telah habis, luluh lantak seraya terbantun dalam gelap gulita. Temaram cahaya tak lagi terciprat dalam alunan damai rasa kemanusiaan. Ketenangan jiwa lenyap memudar, tersisa banalitas, kejahatan, kengerian, kebencian. Agaknya, sejarah hidup manusia pun berawal dari cinta, setidaknya itu yang terbaca dalam kisah Adam-Hawa. Tapi apakah cinta itu ada? Benarkah ia menjadi hal yang membuat hidup jadi bermakna? Atau malah cinta itu palsu? Ia sekedar libido dan hasrat semata? Tentu saja, kita pasti pernah mengalaminya dalam dunia keseharian, dalam pengalaman unik dan singular, sehingga persepsi setiap orang akan berbeda-beda dalam menafsir cinta. Apa jadinya jika cinta di pandang oleh kacamata seorang filsuf? Alain Badiou, sang filsuf radikal-kiri Perancis, memasuki dunia antah-...