Setiap peristiwa, datang dan lenyap memekak dalam keheningan malam. Ini malam merupa kesunyataan, dalam liturgi sunyi yang membekas pesan terakhir pada inbox akun Facebooknya “Skrg tlg “biasa” aja. Anggap km g prnh ungkapin apa2 n q g prnh tw apa2. Tu kl km pgn qt baik2 aja. Maaf n mksh.” Mungkin, seberkas senyumnya tak akan dirasanya lagi, tak akan miliki, bahkan kala harapan adalah sejenis kemerdekaan untuk memilih. Minggu-minggu ini tubuhnya gagu dan kaku, hanya buku-buku jadi pelipur sunyi dan laranya, menemani setiap sepi waktunya—yang mulai terasa disela hatinya yang merapuh, lepuh, hilang, tanpa jejak petanda. Terkadang cinta memang seperti boomerang, membunuh sang tuan dengan tajam ujung pusarannya yang mecengkeram angin. Tampak selongsong ketiadaan didepan matanya ketika semua orang ramai dengan segala kepentingannya masing-masing. Malam kian tak merupa, pagi pun enggan menerakan warnanya. Saat gelap mulai menyelubung mata, saat terang tak kunjung mengurai h...