Menjadi mahasiswa pada zaman serba pragmatis ini memang penuh paradoks. Di satu sisi, idealisme mahasiswa yang hakiki harus ditegakkan, yakni mendewasakan pikiran agar bisa mengatasi segala persoalan hidup dengan pola pikir yang sistematis, kritis, analitis, dan komprehensif; dan untuk mendapati proses idealisme seperti ini tentu bukan persoalan yang mudah yang bisa didapati secara prakmatis dan instan, namun butuh perjuangan, kesabaran, dan kedisiplinan yang kuat untuk tidak tergoda oleh deviasi pola hidup dunia yang serba menggiurkan. Namun disisi lain, mahasiawa harus menghadapi banyaknya godaan faktual yang sangat menarik dan menggiurkan yang bisa membuatnya menyimpang dari idealisme mahasiswa.
Pergaulan muda-mudi yang serba permisif, gaya hidup yang katanya modern dengan mengikuti pola makan, mode pakaian, cara berpenampilan, dan berperilaku yang sesuai trend masa kini, dan berbagai sarana dan prasarana menggoda yang menawarkan begitu banyak ragam kesenangan yang menggugah mata dan mempersuasi jiwa untuk terlibat dan berasyik ria di dalamnya, telah melenakan para mahasiswa yang cenderung masih mencari eksistensi tersebut. Akibatnya, idealisme sebagai mahasiswa terlucuti dengan penuhnya isi kepala yang hanya memanjakan diri dengan dorongan nafsu badani yang menghentak dan berderak untuk merangsek menuju hasrat diri.
Apalagi memang pengaruh globalisasi begitu cepat dan padat menjuntaikan tentakel guritanya yang menari-nari untuk memengaruhi dan menarik massa sebanyak mungkin agar tertarik pada segala produk dan materi yang memang menjadi kepentingan anak asuh kesayangannya yang bernama kapitalisme. Bahkan, jangankan mahasiswa yang sudah terlenakan, mahasiswa yang sedang mencari jatidiri dan idealisme saja adakalanya terkena semprotan hitam guritanya, sehingga terbutakan untuk melihat cahaya diluar pekatnya lingkungan yang melenakan tersebut. Akibatnya, banyak yang sebelumnya idealis harus terjerumus dalam sikap pragmatis. Dan akhirnya semua itu harus menjadi tuntutan yang memang harus terpenuhi dengan serba cepat dan instan agar tidak dicap sebagai mahasiswa kolot dan ketinggalan zaman.
Karena itulah kita harus belajar menjadi mahasiswa sejati. Mahasiswa yang punya idealisme untuk melawan hedonisme dan kapitalisme yang memang musuh nomor satu kita sebagai pilar kemajuan bangsa. Tidak hanya mahasiswa, berbagai kehidupan saat ini pun tak luput dari cengkeraman maut kapitalisme dan prinsip hidup hedonis-pragmatis yg begitu menggurita. Tujuan utama kita jelas! Tak lain dan tak bukan adalah bagaimana mencari jatidiri kemahasiswaan dan bahkan nilai kemanusiaan kita yang sebenar-benarnya, sehingga tidak terjerumus dalam aspek kehidupan yang membuat kita hanya sebagai manusia biasa yang numpang lewat tanpa bisa menancapkan prasasti sejarah dan patut di banggakan dalam dunia ini.
"Pertaruhkanlah hidupmu bila ingin menang!!!"
Kalau tidak sekarang kapan lagi? Jadi selamat menjadi luar biasa!!!
Pergaulan muda-mudi yang serba permisif, gaya hidup yang katanya modern dengan mengikuti pola makan, mode pakaian, cara berpenampilan, dan berperilaku yang sesuai trend masa kini, dan berbagai sarana dan prasarana menggoda yang menawarkan begitu banyak ragam kesenangan yang menggugah mata dan mempersuasi jiwa untuk terlibat dan berasyik ria di dalamnya, telah melenakan para mahasiswa yang cenderung masih mencari eksistensi tersebut. Akibatnya, idealisme sebagai mahasiswa terlucuti dengan penuhnya isi kepala yang hanya memanjakan diri dengan dorongan nafsu badani yang menghentak dan berderak untuk merangsek menuju hasrat diri.
Apalagi memang pengaruh globalisasi begitu cepat dan padat menjuntaikan tentakel guritanya yang menari-nari untuk memengaruhi dan menarik massa sebanyak mungkin agar tertarik pada segala produk dan materi yang memang menjadi kepentingan anak asuh kesayangannya yang bernama kapitalisme. Bahkan, jangankan mahasiswa yang sudah terlenakan, mahasiswa yang sedang mencari jatidiri dan idealisme saja adakalanya terkena semprotan hitam guritanya, sehingga terbutakan untuk melihat cahaya diluar pekatnya lingkungan yang melenakan tersebut. Akibatnya, banyak yang sebelumnya idealis harus terjerumus dalam sikap pragmatis. Dan akhirnya semua itu harus menjadi tuntutan yang memang harus terpenuhi dengan serba cepat dan instan agar tidak dicap sebagai mahasiswa kolot dan ketinggalan zaman.
Karena itulah kita harus belajar menjadi mahasiswa sejati. Mahasiswa yang punya idealisme untuk melawan hedonisme dan kapitalisme yang memang musuh nomor satu kita sebagai pilar kemajuan bangsa. Tidak hanya mahasiswa, berbagai kehidupan saat ini pun tak luput dari cengkeraman maut kapitalisme dan prinsip hidup hedonis-pragmatis yg begitu menggurita. Tujuan utama kita jelas! Tak lain dan tak bukan adalah bagaimana mencari jatidiri kemahasiswaan dan bahkan nilai kemanusiaan kita yang sebenar-benarnya, sehingga tidak terjerumus dalam aspek kehidupan yang membuat kita hanya sebagai manusia biasa yang numpang lewat tanpa bisa menancapkan prasasti sejarah dan patut di banggakan dalam dunia ini.
"Pertaruhkanlah hidupmu bila ingin menang!!!"
Kalau tidak sekarang kapan lagi? Jadi selamat menjadi luar biasa!!!
Komentar
Posting Komentar