I. Avant Propost
Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai
induk semang dari ilmu-ilmu . Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha
untuk menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara
tepat dan lebih memadai. Filsafat telah mengantarkan pada sebuah fenomena
adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan
menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang
secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan. Masing-masing cabang pada
tahap selanjutnya melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri
dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju
dengan munculnya ilmu-ilmu baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya
memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan yang
lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan
hakekatnya dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas
(konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan
dengan patokan-patokan serta tolok ukur yang mendasari kebenaran masing-masing
bidang.
Dalam kajian sejarah dapat dijelaskan bahwa perjalanan
manusia telah mengantarkan dalam berbagai fase kehidupan . Sejak zaman kuno,
pertengahan dan modern sekarang ini telah melahirkan sebuah cara pandang
terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya. Proses perkembangan dari
berbagai fase kehidupan primitip–klasik dan kuno menuju manusia modern telah
melahirkan lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman.
Disinilah pemikiran filosofis telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented
pada satu arah menuju pola pikir ilmiah ariented, perubahan dari pola pikir
mitosentris ke logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan.
Corak dari pemikiran bersifat mitologis (keteranganya
didasarkan atas mitos dan kepercayaan saja) terjadi pada dekade awal sejarah
manusia. Namun setelah adanya demitologisasi oleh para pemikir alam seperti
Thales (624-548 SM), Anaximenes (590-528 SM), Phitagoras (532 SM), Heraklitos
(535-475 SM), Parminides (540-475 SM) serta banyak lagi pemikir lainnya, maka
pemikiran filsafat berkembang secara cepat kearah kemegahanya diikuti oleh
proses demitologisasi menuju gerakan logosentrisme . Demitologisasi tersebut
disebabkan oleh arus besar gerakan rasionalisme , empirisme dan positivisme
yang dipelopori oleh para pakar dan pemikir kontemporer yang akhirnya
mengantarkan kehidupan manusia pada tataran era modernitas yang berbasis pada
pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level
of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan
filsafat umum. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek
sasarannya Ilmu (Pengetahuan). Permasalahan yang akan kita jelajahi dalam
penulisan makalah ini difokuskan pada pembahasan tentang: “Filsafat dan
Filsafat Ilmu Sebagai upaya konseptualisasi dan identifikasi”. Disini
dipaparkan deskripsi awal tentang sejumlah kajian yang menyangkut tentang
subbab-subbab yakni : Pengertian Filsafat, Definisi filsafat ilmu, Obyek
material dan formal filsafat ilmu, Lingkup filsafat ilmu dan subsatnsi
permasalahan problem – problem filsafat ilmu
II. Pengertian
Filsafat
Problem identifikasi untuk memberikan pengertian dalam
khazanah intelektual seringkali melahirkan perdebatan-perdebatan yang cukup
rumit dan melelahkan. Hampir dalam setiap diskusi berbagai ilmu seringkali
terdapat penjelasan – penjelasan pengertian yang tidak jarang memunculkan
pengertian-pengertian yang beragam. Keberagaman pengertian ini disebabkan
berbagai arah sudut pandang dan focus yang berbeda-beda diantara para pakar
dalam memberikan identifikasi . Dan ini merupakan sebuah kemakluman sebab
kajian ilmu adalah kajian abstraksi konseptual maka sangat dimungkinkan
masing-masing subyek (para pemikir ) memiliki perbedaan dalam menggunakan
paradigma identifikasinya atau proses menemukan makna dalam sebuah kajian
keilmuan. Peradigma tersebut akan menjadi acuan bagi pemikir untuk menentukan
sebuah tolok ukur kebenaran dari asumsi-asumsi pembentuk dari konsepnya
tersebut. Termasuk dalam persoalan ini adalah apakah yang dimaksud dengan
filsafat? Berbagai jawaban yang sangat beragam dapat ditemukan dalam berbagai
literatur.
Arti bahasa
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia
merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani;
Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan
berasal dari kata-kata philia (= persahabatan, cinta dsb.) dan sophia (=
“kebijaksanaan”). Sehingga arti lughowinya (semantic) adalah seorang “pencinta
kebijaksanaan” atau “ilmu”. Sejajar dengan kata filsafat, kata filosofi juga
dikenal di Indonesia dalam maknanya yang cukup luas dan sering digunakan oleh
semua kalangan..
Ada juga yang mengurainya dengan kata philare atau
philo yang berarti cinta dalam arti yang luas yaitu “ingin” dan karena itu lalu
berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu. Kemudian dirangkai dengan kata
Sophia artinya kebijakan, pandai dan pengertian yang mendalam. Dengan mengacu
pada konsepsi ini maka dipahami bahwa filsafat dapat diartikan sebagai sebuah
perwujudan dari keinginan untuk mencapai pandai dan cinta pada kabijakan .
Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut
“filsuf”. Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem
falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi
yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis
, mendeteksi problem secara radikal, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses
itu dimasukkan ke dalam sebuah proses kerja ilmiah.
Berkaitan dengan konsep filsafat Harun Nasution tanpa
keraguan memberikan satu penegasan bahwa filsafat dalam khazanah islam
menggunakan rujukan kata yakni falsafah . Istilah filsafat berasal dari bahasa
arab oleh karena orang arab lebih dulu datang dan sekaligus mempengaruhi bahasa
Indonesia dibanding dengan bahasa- bahasa lain ke tanah air Indonesia. Oleh
karenanya konsistensi yang patut dibangun adalah penyebutan filsafat dengan
kata falsafat.
Pada sisi yang lain kajian filsafat dalam wacana muslim
juga sering menggunakan kalimat padanan Hikmah sehingga ilmu filsafat
dipadankan dengan ilmu hikmah. Hikmah digunakan sebagai bentuk ungkapan untuk
menyebut makna kearifan, kebijaksanaan. sehingga dalam berbagai literature
kitab-kitab klasik dikatakan bahwa orang yang ahli kearifan disebut Hukama’.
Seringkali pula ketika dikaji dalam berbagai literature kitab-kitab pesantren
muncul ungkapan-ungkapan dalam sebuah tema dengan konsep yang dalam bahasa arabnya
misalnya kalimat ‘wa qala min ba’di al hukama….” . dan juga sejajar dengan kata
al-hakim yang mengandung arti bijaksana. Misalnya ayat yang berbunyi
Artinya: mereka menjawab: “Maha suci Engkau, tidak ada
yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana [al baqarah 2:
32].”
Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.(An Nahl:125)
Dalam terjemahan Depag ditafsiri bahwa Hikmah ialah
Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan
yang bathil . Sementara Al Jurjani –sebagaimana dikutip oleh Amsal
Bakhtiar—memberikan penjelasan tentang hikmah, yaitu ilmu yang mempelajari
segala sesuatu yang ada menurut kadar kemampuan manusia.
Perkataan filsafat dalam bahasa Inggris digunakan
istilah philosophy yang juga berarti filsafat yang lazim diterjemahkan sebagai
cinta kearifan. Unsur pembentuk kata ini adalah kata philos dan sophos. Philos
maknanya gemar atau cinta dan sophos artinya bijaksana atau arif (wise). Menurut
pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta
kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia ternyata luas sekali,sophia tidak
hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama,
pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian
pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis yang
bertumpu pangkal pada konsep-konsep aktivitas –aktivitas awal yang disebut
pseudoilmiah dalam kajian ilmu.
Secara lughowi (semantic) filsafat berarti cinta
kebijaksanaan dam kebenaran. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang ada
dari kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta
hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika
dan teori pengetahuan. Maka problem pengertian filsafat dalam hakekatnya memang
merupakan problem falsafi yang kaya dengan banyak konsep dan pengertian.
Arti istilah
Sejumlah literatur mengungkapkan, orang yang pertama
memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.),
yakni seorang ahli matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam
geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya
“philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah
dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Kemudian, orang yang oleh para penulis sejarah
filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia
merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau
kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah
suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya,
unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya.
Menurut sejarah kelahirannya istilah filsafat terwujud
sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta
kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan
mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada
kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan
kebenaran.
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan
merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada
gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia
makin kompleks. Sekalipun bertanya tentang seluruh realitas, filsafat selalu
bersifat “filsafat tentang” sesuatu: tentang manusia, tentang alam, tentang
tuhan (akhirat), tentang kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah,
dsb.. Semua selalu dikembalikan ke empat bidang induk: Pertama, filsafat
tentang pengetahuan; obyek materialnya,: pengetahuan (“episteme”) dan
kebenaran, epistemologi; logika; dan kritik ilmu-ilmu; Kedua, filsafat tentang
seluruh keseluruhan kenyataan, obyek materialnya: eksistensi (keberadaan) dan
esensi (hakekat), metafisika umum (ontologi); metafisika khusus: antropologi
(tentang manusia); kosmologi (tentang alam semesta); teologi (tentang tuhan);
Ketiga filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan: obyek
material : kebaikan dan keindahan,etika; dan estetika; Keempat . sejarah
filsafat; menyangkut dimensi ruang dan waktu dalam sebuah kajian .
Jika dikelompokkan secara kerakterisitik cara
pendekatannya, dalam filsafat dikenal ada banyak aliran filsafat. Ciri
pemikiran filsafat mengacu pada tiga konsep pokok yakni persoalan filsafat
bercorak sangat umum, persoalan filsafat tidak bersifat empiris, dan menyangkut
masalah-masalah asasi. Kemudian Kattsoff menyatakan karakteristik filsafat
dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1) Filsafat adalah berpikir secara kritis.
2) Filsafat adalah berpikir dalam bentuknya yang
sistematis.
3) Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
4) Filsafat adalah berpikir secara rasional.
5) Filsafat bersifat komprehensif.
Jadi berfikir filsafat mengandung makna berfikir
tentang segala sesuatu yang ada secara kritis, sistematis,tertib,rasional dan
komprehensip
III. Definisi
Filsafat Ilmu
Rosenberg menulis “ Philosophy deals with two sets
of questions: First, the questions that science – physical, biological, social,
behavioral –. Second, the questions about why the sciences cannot answer the
first lot of questions”. Dikatakan bahwa filsafat dibagi dalam dua buah
pertanyaan utama, pertanyaan pertama adalah persoalan tentang ilmu
(fisika,biologi, social dan budaya) dan yang kedua adalah persoalan tentang
duduk perkara ilmu yang itu tidak terjawab pada persoalan yang pertama. Dari
narasi ini ada dua buah konsep filsafat yang senantiasa dipertanyakan yakni
tentang apa dan bagaimana. Apa itu ilmu dan bagaimana ilmu itu disusun dan
dikembangkan. Ini hal sangat mendasar dalam kajian dan diskusi ilmiah dan ilmu
pengetahuan pada umumnya.yang satu terjawab oleh filsafat dan yang kedua
dijawab oleh kajian filsafat ilmu.
Beberapa penjelasan mengenai filsafat tentang
pengetahuan. Dipertanyakanlah hal-hal misalnya : Apa itu pengetahuan? Dari mana
asalnya? Apa ada kepastian dalam pengetahuan, atau semua hanya hipotesis atau
dugaan belaka? Teori pengetahuan menjadi inti diskusi, apa hakekat pengetahuan,
apa unsur-unsur pembentuk pengetahuan, bagaimana menyusun dan mengelompokkan
pengetahuan, apa batas-batas pengetahuan, dan juga apa saja yang menjadi
sasaran dari ilmu pengetahuan. Disinilah filsafat ilmu memfokuskan kajian dan
telaahnya. Yakni pada sebuah kerangka konseptual yang menyangkut sebuah system
pengetahuan yang di dalamnya terdapat hubungan relasional antara, pengetahu
/yang mengetahui (the Knower) dan yang terketahui /yang diketahui (the known)
dan juga antara pengamat (the observer) dengan yang diamati (the observed).
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah
banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah. Filsafat ilmu
adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala
hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari
kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan integrative
yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan
saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat
pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu
setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan.
Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. I
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah
ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum
dalam sejumlah literatur kajian Filsafat Ilmu.
• Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect
as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past
views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous
of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah
suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan
perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari
pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu
kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
• Lewis White Beck “Philosophy of science questions
and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the
value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu
membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
• Cornelius Benjamin “That philosopic disipline
which is the systematic study of the nature of science, especially of its
methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme
of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan
telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya
dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual.)
• Michael V. Berry “The study of the inner logic if
scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of
scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah
dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
• May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically
and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of
science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan
penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
• Peter Caws “Philosophy of science is a part of
philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does
for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the
other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them
as grounds for belief and action; on the other, it examines critically
everything that may be offered as a ground for belief or action, including its
own theories, with a view to the elimination of error inconsistency.
(Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu
apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat
melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang
manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi
keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala
hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan,
termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan
dan kesalahan
• Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to
elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry
observational procedures, patens of argument, methods of representation and
calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the
grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical
methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu
mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses
penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan,
metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis,
dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari
sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).
Dari paparan pendapat para pakar dapat disimpulkan
bahwa pengertian filsafat ilmu itu mengandung konsepsi dasar yang mencakup
hal-hal sebagai berikut:
1) sikap kritis dan evaluatif terhadap
kriteria-kriteria ilmiah
2) sikap sitematis berpangkal pada metode ilmiah
3) sikap analisis obyektif, etis dan falsafi atas
landasan ilmiah
4) sikap konsisten dalam bangunan teori serta tindakan
ilmiah
Selanjutnya John Losee dalam bukunya yang berjudul,A
Historical Introduction to the Philosophy of Science, Fourth edition,
mengungkapkan bahwa : The philosopher of science seeks answers to such
questions as:
• What characteristics distinguish scientific inquiry
from other types of investigation?
• What procedures should scientists follow in
investigating nature?
• What conditions must be satisfied for a scientific
explanation to be correct?
• What is the cognitive status of scientific laws and
principles?
Dari ungkapan tersebut terdapat sebuah konsep bahwa
tugas dari pemikir filsafat ilmu itu untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan
persoalan yang menyangkut: pertama, apa yang menjadi perbedaaan ilmiah
karakteristik type masing – masing ilmu ntara satu ilmu dengan ilmu lainnya
melalu penelitian. Kedua Prosedur apa yang harus dilakukan secara ilmiah dalam
melakukan penelitian atas kenyataan yang terjadi di alam?, Ketiga apa yang
mestinya dilakukan dalam mendapatkan penjelasan ilmiah untuk melakukan
penelitian dan eksperimen itu ? Dan keempat apakah teori itu dapat diambil
sebagai konsep dan prinsip-prinsip ilmiah?.
Sehingga sketsa filsafat ilmu dapat di gambarkan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Level Disciplin Subject-matter
2
Philosophy of Science Analysis of the Procedures and Logic of Scientific
Explanation
1
Science Explanation of Facts
0
Facts
Dengan memperhatikan tabel diatas secara jelas
ditampilkan bahwa filsafat ilmu menempati level ke-2 sedangkan ilmu (science)
pada level pertama dan semuanya pada satu pangkal pokok yakni fakta (kenyataan)
menjadi basis utama bangunan segala disiplin ilmu. Kalau ilmu itu menjelaskan
Fakta sementara filsafat ilmu itu subyek materinya adalah menganalisa
prosedur-prosedur logis dari ilmu (Analysis of the Procedures and Logic of
Scientific Explanation).
IV. Lingkup
Filsafat Ilmu
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran
bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab
pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis,
epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan
bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji
hakikat ilmu, seperti :
• Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang
hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya
tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
• Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus
diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang
disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu
kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
• Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan
kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?
(Landasan aksiologis).
Sedangkan di dalam introduction-nya Stathis Psillos and
martin Curd menjelaskan bahwa filsafat ilmu secara umum menjawab pertanyaan –
pertanyaan yang meliputi :
• apa tujuan dari ilmu dan apa itu metode ? jelasnya
apakah ilmu itu bagaimana membedakan ilmu dengan yang bukan ilmu (non science)
dan juga pseudoscience?
• bagaimana teori ilmiah dan hubungannya dengan dunia
secara luas ? bagaiman konsep teoritik itu dapat lebih bermakna dan bermanfaat
kemudian dapat dihubungkan dengan penelitian dan observasi ilmiah?
• apa saja yang membangun struktur teori dan
konsep-konsep seperti misalnya causation(sebab-akibat dan illat), eksplanasi
(penjelasan), konfirmasi, teori, eksperimen, model, reduksi dan sejumlah
probabilitas-probalitasnya?.
• apa saja aturan – aturan dalam pengembangan ilmu? Apa
fungsi eksperimen ? apakah ada kegunaan dan memiliki nilai (yang mencakup
kegunaan epistemic atau pragmatis) dalam kebijakan dan bagaimana semua itu
dihubungkan dengan kehidupan social, budaya dan factor-faktor gender?
Dari paparan ini dipertegas bahwa filsafat ilmu itu
memiliki lingkup pembahasan yang meliputi: cakupan pembahasan landasan
ontologis ilmu, pembahasan mengenai landasan epistemologi ilmu, dan pembahasan
mengenai landasan aksiologis dari sebuah ilmu.
V. Obyek
Material dan Obyek Formal Filsafat Ilmu
Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal.
Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi)
pembicaraan. Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki
oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material
filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge) pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode
ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara
umum.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas
obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan
bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten
dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia
dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang
tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan
hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi,
sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. “Segala
manusia ingin mengetahui”, itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica.
Obyek materialnya adalah gejala “manusia tahu”. Tugas filsafat ini adalah
menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali
“kebenaran” (versus “kepalsuan”), “kepastian” (versus “ketidakpastian”),
“obyektivitas” (versus “subyektivitas”), “abstraksi”, “intuisi”, dari mana asal
pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan
menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan
menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan.
Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan
teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat
dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Objek formal adalah sudut
pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Yang menyangkut asal
usul, struktur, metode, dan validitas ilmu . Objek formal filsafat ilmu adalah
hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian
terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu
pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu
bagi manusia.
VI Problema
Filsafat Ilmu
Problem filsafat Ilmu dibicarakan sejajar dengan
diskusi yang berkaitan dengan landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni
landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Untuk Telaah tentang problema
substansi Filsafat Ilmu, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau
kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.
Permasalahan atau problema filsafat ilmu mancakup ;
pertama Problem ontologi ilmu; perkembangan dan kebenaran ilmu sesungguhnya
bertumpu pada landasan ontologis (‘apa yang terjadi’ – eksistensi suatu
entitas) Kedua, Problem epistemologi; adalah bahasan tentang asal muasal, sifat
alami, batasan (konsep), asumsi, landasan berfikir, validitas, reliabilitas sampai
soal kebenaran (bagaimana ilmu diturunkan – metoda untuk menghasilkan
kebenaran) Ketiga, Problem aksiologi; implikasi etis, aspek estetis, pemaparan
serta penafsiran mengenai peranan (manfaat) ilmu dalam peradaban manusia.
Ketiganya digunakan sebagai landasan penelaahan ilmu
VII. Fungsi dan
Manfaat Filsafat Ilmu
Cara kerja filsafat ilmu memiliki pola dan model-model
yang spesifik dalam menggali dan meneliti dalam menggali pengetahuan melalui
sebab musabab pertama dari gejala ilmu pengetahuan. Di dalamnya mencakup paham
tentang kepastian , kebenaran, dan obyektifitas. Cara kerjanya bertitik tolak
pada gejala – gejala pengetahuan mengadakan reduksi ke arah intuisi para
ilmuwan, sehingga kegiatan ilmu – ilmu itu dapat dimengerti sesuai dengan
kekhasannya masing-masing disinilah akhirnya kita dapat mengerti fungsi dari
filsafat ilmu.
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari
filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan
dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
• Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena
yang ada.
• Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri
netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
• Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan
hidup dan pandangan dunia.
• Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang
berguna dalam kehidupan
• Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan
dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan
sebagainya.
Jadi, Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan
landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin
ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya
dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai
confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara
hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan
berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana. Manfaat lain mengkaji
filsafat ilmu adalah
• Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual
• Kritis terhadap aktivitas ilmu/keilmuan
• Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode
ilmu terus-menerus sehingga ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar
(metode dan struktur ilmu)
• Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara
logis-rasional
• Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid
• Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
VII. KESIMPULAN
1. Hakekat Filsafat
• Secara bahasa Philo/philia/philare yang artinya
cinta, ingin, senang dan kata Sophia/sophos yang artinya ilmu, kebijaksanaan
atau pengetahuan. Jadi idzofahnya menjadi filsafat/falsafah/filosofi yang
artinya mencintai kebijaksanan pengetahuan dan kenginan yang kuat akan ilmu
pengetahuan. Jadi berfikir filsafat mengandung makna berfikir tentang segala
sesuatu yang ada secara kritis, sistematis,tertib,rasional dan komprehensip
2. Hakikat Filsafat Ilmu
a. Pengertian Filsafat Ilmu
• merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis
menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsep- konsep, dan
praanggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari
cabang-cabang pengetahuan intelektual.
• filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang
berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya di
atas ilmu lainnya. Dalam menyelesaikan kajiannya pada konsep ontologis. ,secara
epistemologis dan tinjauan ilmu secara aksiologis.
b. Karakteristik filsafat ilmu
• Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.
• Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis
dari berbagai sudut pandang dengan sikap kritis dan evaluatif terhadap
kriteria-kriteria ilmiah, sitematis berpangkal pada metode ilmiah , analisis
obyektif, etis dan falsafi atas landasan ilmiah dan sikap konsisten dalam
membangun teori serta tindakan ilmiah
3. Objek filsafat ilmu
• Objek material filsafat ilmu adalah ilmu dengan
segala gejalanya manusia untuk tahu.
• Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar
tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis
dengan berbagai gejala dan upaya pendekatannya.
4. Lingkup dan problema substansi filsafat ilmu
• Cakupannya pembahasan tentang problema substansi
landasan ontologis ilmu, epistemologi ilmu, dan pembahasan mengenai landasan
aksiologis dari sebuah ilmu.
5. Manfaat mempelajari filsafat ilmu
• Semakin kritis dalam sikap ilmiah dan aktivitas
ilmu/keilmuan
• Menambah pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu
menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan
penelitian ilmiah.
• Memecahkan masalah dan menganalisis berbagai hal yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
• Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual
• Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode
ilmu terus-menerus sehingga ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar
(metode dan struktur ilmu)
• Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara
logis-rasional
• Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid
• Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
[…]
Komentar
Posting Komentar