Langsung ke konten utama

katarsis


rintik jeritan percik air memecah sunyi...
berhias tempias cahaya meredup disudut teralis...
malam pun menawarkan imaji, sesegera rona pagi mengganti keluh waktunya...
tepat 04.00 dan sekat mata ini masih terjaga...
menanti sebuah ketakpastian, meresap resah terlelahkan...
insomnia, kembali mengurai sebuah wajah imajiner-nya...
membayang saat temaram pikiran melepuh peluh...
sebuah sajadah meresap gaung ego transendental...
memalu tabuh kebajikan atas kuasa semesta-Nya...
andai mencintai akan membawa jiwa ini ke balairung sepi itu...
menunggu indah cerita saat waktu sisipkan utopia kedamaian...
terpekurlah nuansa kosmos yang terbuai oleh gema ayat suci-Nya...
menanti subuh, segera menyuci kilauan cahaya Ilahi...
tepikan hasrat kuasa, menahan lekuk kama, puasa atas keriuhan dunia...
sesekali mungkin aku mengingat hangat senyum-nya...
meski buta, aku masih terdiam menyandar akan kesatuan dalam ketakhadiran eksistensialnya...
dan ku temui pagi, menatap kerinduan saat terbitnya mentari...

Komentar

Populer