Langsung ke konten utama

pesan merah (yang ter-akhir dari yang ke-dua kalinya)

Sebelum amarah berakumulasi disela hati... sebelum luka menghampar lekat nafas tersembunyi... disini, oleh sebuah tanda sebagai representasi masa lalu saat ujian itu berlangsung. Objek itulah yang kemungkinan engkau hasrati, hujamkan elegi untuk menusuk rasa ku. Aku tak menyangka kalau itu amat engkau pedulikan, bahkan mungkin posisi pitam menaik berkulminasi dalam batas topografinya. Aku hanya sekedar 'iseng' tanpa pretensi apa-apa hanya sekedar 'lucu-lucu-an' bernostalgia, sekedar mengingat kembali, anamnesis oleh patahan sejarah yang telah kita rajut bersama pendulum waktu. Dikampus itu, kita bersama mencari sepercik ilmu, menacari masa depan, sebuah pencarian untuk men-jadi, berproses sebagai seorang insan menuju cita, menuju harap, menuju utopia, menuju cinta... sebuah tujuan, sebuah telos yang mungkin saja hanya ada dalam imaji... sebuah masa yang lalu saat kita bersentuhan dengan gelagak diri untuk kita ceritakan kembali pada anak-cucu kita dimasa depan kelak...

Tak terasa mungkin aku adalah terpidana yang telah meluluhlantakkan sebagian kecantikan mu, atau mungkin wibawa mu. Aku tervonis oleh hilangnya identitas 'teman', 'kawan', 'sahabat'. Mungkin aku bukan sahabat sejatimu yang selalu ada saat suka-duka, saat menangis dan tertawa. Aku hanya seorang Liyan yang entah datang darimana, seorang outsider yang tak dikenali, mungkin hanya wajah dan namaku yang kau kenali. Aku bukan pula siapa-siapa yang mampu membuat hati mu tergetar, yang mampu membuat mata mu meneteskan airmata, yang mampu membuat jiwa mu tenang. Aku hanya angin lalu yang tiba-tiba datang dan pergi dan seketika membuat goresan luka dihati mu. Aku hanya bisa berkata 'maaf' untuk itu. Aku hanya bisa mempostulasikan kata-kata tak bermakna yang tak berharga sama sekali.

Syahdan, sekian lama kita sering jumpa. Aku sedikit merasa ada suatu fragmen kecil, sebuah anasir yang asing dan tiba-tiba merasuk dipelana hati. Aku tak pernah mengerti apa sebenarnya serpihan yang ku rasa menenangkan hati. Baru itu kusadari saat kita semua semakin menepi jauh, dan semakin jauh. Aku sering diterpa hujaman imaji tetang mu, wajah mu. Maaf, sebelumnya aku memang pecundang yang suka berlindung dibalik kata, dibalik rajutan teks, dibalik keliaran metafora. Aku bukan mereka para pengumbar cinta yang ternyata cintanya tak lebih dari sebentuk omong kosong tanpa jejak petanda. Aku memang pecundang, sejauh itu konsepsi umum tentangnya, aku tak berani tuk ungkapan, mungkin karena aku selalu dilukai para penipu yang menjual paras cantiknya untuk opera citra dan perayaan modis. Mereka sering mencibirku, menikamku, bahwa orang jelek macam diriku tak pantas peroleh cinta. Aku tahu engaku terlalu indah, engkau terlalu baik untuk wajah buruk dan cela ini. Aku mengerti setitik untaian lembut cinta itu masih ada. Maaf, jika aku mencinta, bukan bermaksud beroleh iba, aku hanya meluapkan rasa yang lama mengendap, lama aku simpan di palung hatiku terdalam. Aku memang setidaknya mencinta mu, entah itu sekedar hasrat kuasa atau kemurnian hati, tapi intuisi ini kiranya tak bisa membohongi. Setidaknya inilah aforisme yang sekarang aku rasakan dalam nuansa hatiku yang terhanyut oleh samudera yang luas diseberang sana.

Selepas rajutan teks ini mungkin kau tetap akan menguburku hidup-hidup, melupakan ku yang bodoh dan rapuh, karena aku sadar-diri yang terbaik diantara mu lebih banyak, aku hanya onggokan sampah yang terus bermimpi menjadi emas. Maaf, karena aku telah mengotori lembaran kertas putih mu yang menyejarah. Anggap saja atribut dan identitas diri. anggap saja aku ini tak pernah ada, anggap saja aku ini orang gila yang hanya bisa bermain kata. Terima kasih atas semua imaji dan semua inspirasi yang kau berikan pada ku, itu semua cukup buatku redakan ribuan gores luka yang tertoreh oleh desakan para pemuja hasrat. Mungkin aku tak miliki mu tapi aku bisa perbesar sejarah, dan biarkan narasi ini terus mengalir menceritakan mimpi yang tak kunjung tercapai, menceritakan utopia yang membuat kita bernafas dan bersemangat jalani hidup yang masih menyimpan misteri....

Komentar

Populer