(I)
Aku ingin melihatmu disini
Kala malam memahat sepi
Aku ingin mendengarmu bernyanyi
ketika aku tak mampu menulis lagi
Hangat aku nikmati not penuh mimpi
Mengalun nada hening pada memori
Berdenting lepas, menerakan maras
Mainkan lagi refleksi pianonya mengimaji
Redakan lukaku atas angkuhnya terjejaki
Kala malam memahat sepi
Aku ingin mendengarmu bernyanyi
ketika aku tak mampu menulis lagi
Hangat aku nikmati not penuh mimpi
Mengalun nada hening pada memori
Berdenting lepas, menerakan maras
Mainkan lagi refleksi pianonya mengimaji
Redakan lukaku atas angkuhnya terjejaki
Aku taja kembali
Dalam gelap, menembus waktu
Berharap satu, temukan ruang rindu
Dimanakah wajahmu yang lalu?
Kala hatimu tak sekeras batu?
Aku hanya inginkan satu,
Jalani kisah ini tanpa rona kebencian menjemu
Sesublim angin malam
Seindah lentera temaram
bukankah kita hanya manusia biasa
Penuh khilaf menyerta salah disela
Aku tahu esok bagiku tak ada
Tanpamu aku tiada makna
Huruf tertera dipusara kata
Terhenti ditengahnya menyelipkan ruang hampa...
Dari makna kuresapi kemarin pagi
Hingga malam menelusup diam sunyi
Sebelum gelap, sebelum terang mentari
Tunggu warna biru tertahan hitam
Cahaya terang menyentuh retina
Saat itu barangkali tiada lagi aku, tiada lagi kamu
Hanya ada kami, disini...
Aku hanya ingini satu,
Kembalikan senyum yang pernah terasa
Meski aku tak akan pernah menyentuhnya
Tapi aku akan selalu merasanya
Meski aku tak akan penah milikinya
Tapi aku akan bersenyawa kala waktunya
Menunggu epilog tanpa prolog
Hingga waktu mewedarkan satu,
Aku ikuti saja, aliran sungainya
Dihilir sana, entah apa, aku disini
Menunggu yang satu, disana.......
(II)
Pagi merenggutkan hitam berjelaga
Inginkan malam kala ekstase dalam doa
Aku selalu merindunya, yang suci tak terbatas apapun
Antara ketakutan dan ketaktahuan
Menggetarkan urat nadi, seolah ruh terbang entah kemana...
Langit hari ini tak terlalu memukau
Lembayung kemerahan beriring arakan mega
Udara setengah mencekik, liris menudung telinga
Aku mencarimu, yang tak kekal
Inginkan malam kala ekstase dalam doa
Aku selalu merindunya, yang suci tak terbatas apapun
Antara ketakutan dan ketaktahuan
Menggetarkan urat nadi, seolah ruh terbang entah kemana...
Langit hari ini tak terlalu memukau
Lembayung kemerahan beriring arakan mega
Udara setengah mencekik, liris menudung telinga
Aku mencarimu, yang tak kekal
Berindahkan manik-manik kemerahan
Wajahmu meranum, menebarkan wangi
Memang aku bukan apa-apa
Tapi salahkah aku nikmati keindahan mu yang fana?
Disetiap kertas berderet pagina
berjilid buku menawarkan cerita
Aku masih membaca, menaklukan liarnya makna
Terduduk meringkuk aku menghelamu dari bawah sadar
Air wajahmu redup, hampir-hampir padam,
Senyummu terbantun tak menyahut ku
Seolah aku sudah ditiadakan, dilupakan
Tapi barangkali sesuatu yang hilang akan selalu dikekalkan...
Sekali lagi, dan kau selalu diam tersipu
Membungkam kebisuan, teriakkan kebencian
Sedetik lalu, kulihat engkau pergi lagi
Mencari perigi tuk sirami sunyi hati
Terlalu lama kita tak saling sapa, hingga lupa, hingga buta cahaya...
Disini,tempat ini, terakhir kali kita jumpa
Sudah banyak, tempat ini sering mengucap selamat tinggal...
Aku mencarimu, sampai kau hilang lagi...
Dan aku tak akan melihat kebelakang,
Karena masa lalu selalu tak utuh lagi...
Wajahmu meranum, menebarkan wangi
Memang aku bukan apa-apa
Tapi salahkah aku nikmati keindahan mu yang fana?
Disetiap kertas berderet pagina
berjilid buku menawarkan cerita
Aku masih membaca, menaklukan liarnya makna
Terduduk meringkuk aku menghelamu dari bawah sadar
Air wajahmu redup, hampir-hampir padam,
Senyummu terbantun tak menyahut ku
Seolah aku sudah ditiadakan, dilupakan
Tapi barangkali sesuatu yang hilang akan selalu dikekalkan...
Sekali lagi, dan kau selalu diam tersipu
Membungkam kebisuan, teriakkan kebencian
Sedetik lalu, kulihat engkau pergi lagi
Mencari perigi tuk sirami sunyi hati
Terlalu lama kita tak saling sapa, hingga lupa, hingga buta cahaya...
Disini,tempat ini, terakhir kali kita jumpa
Sudah banyak, tempat ini sering mengucap selamat tinggal...
Aku mencarimu, sampai kau hilang lagi...
Dan aku tak akan melihat kebelakang,
Karena masa lalu selalu tak utuh lagi...
Komentar
Posting Komentar