Seseorang akan bebas dari panas api
Kala dingin hatinya semesra embun pagi
Diterik mentari, aku bersembunyi
disurau kami, mengasingkan diri
dari keramaian, kebisingan yang menikam
Sepi yang sunyi, lupakan angkuh terlewatkan
Dalam ruang, kefanaan, semuanya terhubung
Dari satu tetap, bersenyawa makna perubahan
Ruh semesta menggigir jasad kasat mata
Kala dingin hatinya semesra embun pagi
Diterik mentari, aku bersembunyi
disurau kami, mengasingkan diri
dari keramaian, kebisingan yang menikam
Sepi yang sunyi, lupakan angkuh terlewatkan
Dalam ruang, kefanaan, semuanya terhubung
Dari satu tetap, bersenyawa makna perubahan
Ruh semesta menggigir jasad kasat mata
Suara menggema dalam dimensi peralihannya
Cahaya menerakan fenomena tentang yang ada
Apa yang ada, terus tergerak menjadi...
Disebuah benderung hening,
Aku titipkan rasaku disela hati
Selami kekosongan yang terisi
Menangislah selagi air mata masih ada
Hingga tetes terakhirnya, engkau lupakan ricuh penat lara...
Tertawalah selagi kelucuan itu masih ada
Hingga tak kuasa, engkau padamkan peluh masygul luka...
Cinta ini sunyi, Luka ini sendiri...
Adakah debu-debu menjelma satu?
Desir angin, rintik air, tempias cahaya
Semuanya saling menyapa,
Dalam waktu, dalam kesadaran ego-ku
Hingga malam berteduh lentera temaram
Kini, disini aku resapi terang,
menggumamkan hasrat kuasa...
Menolak ketulusan yang bagi sebagian orang tak bermakna...
Tapi, kita akan kembali kesana,
Disebuah balairung tiada sekat, yang hening menyerta...
Dalam kekosongan ini, dalam ketiadaan sunyi, dalam hening sepi...
Sesungguhnyalah semua ini terisi, yang suci yang abadi...
"Suwung kui sejatine isi..."
Cahaya menerakan fenomena tentang yang ada
Apa yang ada, terus tergerak menjadi...
Disebuah benderung hening,
Aku titipkan rasaku disela hati
Selami kekosongan yang terisi
Menangislah selagi air mata masih ada
Hingga tetes terakhirnya, engkau lupakan ricuh penat lara...
Tertawalah selagi kelucuan itu masih ada
Hingga tak kuasa, engkau padamkan peluh masygul luka...
Cinta ini sunyi, Luka ini sendiri...
Adakah debu-debu menjelma satu?
Desir angin, rintik air, tempias cahaya
Semuanya saling menyapa,
Dalam waktu, dalam kesadaran ego-ku
Hingga malam berteduh lentera temaram
Kini, disini aku resapi terang,
menggumamkan hasrat kuasa...
Menolak ketulusan yang bagi sebagian orang tak bermakna...
Tapi, kita akan kembali kesana,
Disebuah balairung tiada sekat, yang hening menyerta...
Dalam kekosongan ini, dalam ketiadaan sunyi, dalam hening sepi...
Sesungguhnyalah semua ini terisi, yang suci yang abadi...
"Suwung kui sejatine isi..."
Komentar
Posting Komentar