Hampar hijau melepas
Riuh memekat bersembunyi
Aku masuki ruang yang sunyi
Diam mencicipi sendiri
Kicau burung mengikuti nada hening
Hembus hilir angin menyentuh sukma
Hingga wajahnya aku rasa tiada
Dicakrawala, dedaun teh menjelma setia
Menahan amarah, menelanjangi naluri
Langit membiru teduh kelimun megaRiuh memekat bersembunyi
Aku masuki ruang yang sunyi
Diam mencicipi sendiri
Kicau burung mengikuti nada hening
Hembus hilir angin menyentuh sukma
Hingga wajahnya aku rasa tiada
Dicakrawala, dedaun teh menjelma setia
Menahan amarah, menelanjangi naluri
Matahari redup disekitar cemara
Saat awan hitam menyisir
Mendung tak menghirau hangat suasana
Tapi hujan belum jua turun
Tanahku lama haus mengering sebelum pagi
Hendakkah kita kembali
Sebagaimana waktu lalu
yang lalu telah jadi cerita
yang kekal dalam rajut ingatan terlupa
Ku benamkan rindu pada aksara
Aku menunggumu lagi, akan kutemui wajahmu
Tapi tak kali ini, mungkin esok
Saat kulihat engkau duduk berdua, disana...
Terkadang aku ingin
Hilang, lenyap-melenyap dalam kehadiran
Dalam udara yang dingin
Seperti pagi, saat gelap hendak pergi
Atau dalam malam kala aku resapi kematian
Ketakutan dalam keberanian, keramaian dalam kesendirian...
Kain kafan putih tempat terakhirnya
Ku lihat tangan-hatimu melambai
Disana, hanya terlihat padang berkelebat hijau...
Seperti kilau, tak bercahaya...
Komentar
Posting Komentar