Langsung ke konten utama

Jalan lain



(sebuah puisi pagi, untuknya disana, disebuah tembok ungu)

Terkadang, masa lalu adalah harapan, yang hilang,
menghias hologram mimpi, seperti saat kita lupa,
pada kehidupan, pula kematian
yang sederhana, sekejap, sudah menyisa cerita

Barangkali, bahagia adalah sejenis lara
Pada bulir embun, juga fragmen udara,
Semua, adalah rahmat-Nya tiada tepermanai
Kau tahu? dunia sudah tak seperti dulu, kini dan disini,
Kita sudah ‘biasa’, dengan segala, absurditas pernah terkata…

Elemen waktu, berakhir setiap hari, setiap kali
Berusaha setia, pada cahaya, tapi, kita bukan apa-apa
Dan aku mengenalmu, dalam kenyataan, bukan dimaya dunia
Biarlah kita tersenyum, menaja hari, menikmati sendiri
Aku tak harapan apa-apa, hanya sekedar menyapa:
“Selamat pagi”
Semoga hari lebih berarti, menuju
Sebuah tempat yang-lain, yang kau ingini…

[…]

Komentar

Populer