Ekstatis
Malam yang ekstatis
Hujan yang gerimis
Mungkin tak selamanya kita
Merasa sayu juga cinta
kalam terbaca memaknainya tanpa kata
Angin semilir nyaris tanpa terasa
Dalam paradoks
Hening yang riuh, dalam doa yang terlupa
Dunia ini seperti helai mimpi
Selalu tak mencapai, terus luput
Tak tergapai, apa saja, kita percaya
Sebagaimana cahaya lampu yang fana
Tak ada yang suci disini
Bahkan nyaris penuh bercak hitam...
Dimana surga? Dimana neraka?
Kau memilih ber-Tuhan, karenanya
ber-Tuhan tanpa dogma agama
Tanpa jalan, entah menuju kemana
Mungkinkah cahaya?
Atau gerimis yang diluar sana?
Salahkah....salahkah....
Pada yang percaya atau yang menampiknya
Tapi tetap akan selalu 'ada'.....
***
Anti-Oedipus!
Langit makin gelap
Awan mendung menabiri pancaran cahaya
Menghapus waktu
seraya menipu hatiku, beku
Ada yang merasa tapi tak diacuhkan
Ada yang mati rasa malah dipuja
Hasrat yang tak lagi berkuasa
Berkata Tidak pada segala rasa
Menampik universalitas 'ada'
Diantara ketakmungkinan yang tercerai
Pada malam jejak revolusi
Yang jadi utopi tanpa deteriorialisasi
Yang menjadi, terus menjadi
Tubuh-tanpa-organ, melawan setiap kode
yang disakralkan sejarah rasionalisasi.
Sementara cinta palsu belaka
Tapi hidup bukan penggalan sorga
Maka, izinkan aku menikmatinya
Dengan cara sederhana...
***
Malam, Jejak Revolusi
jika saja waktu tak bersama sepi
mungkin sunyi tak lagi kita dapati
dari malam yang tertangguhkan
menyisa jejak tak ternamakan
yang tergapai
tapi tak pernah tercapai
suara desir angin
yang berkelindan gemuruh air
memagut nafasku
menahan senyum fana,
di wajah ayumu, tanpa petanda
tak tersisa, seperti mimpi tiga dimensi
masa depan yang jadi harapan
seperti arus sejarah yang tanpa ukuran
belum berakhir, terus mengalir
mungkin disebuah hari
kita temukan jejak revolusi...
Malam yang ekstatis
Hujan yang gerimis
Mungkin tak selamanya kita
Merasa sayu juga cinta
kalam terbaca memaknainya tanpa kata
Angin semilir nyaris tanpa terasa
Dalam paradoks
Hening yang riuh, dalam doa yang terlupa
Dunia ini seperti helai mimpi
Selalu tak mencapai, terus luput
Tak tergapai, apa saja, kita percaya
Sebagaimana cahaya lampu yang fana
Tak ada yang suci disini
Bahkan nyaris penuh bercak hitam...
Dimana surga? Dimana neraka?
Kau memilih ber-Tuhan, karenanya
ber-Tuhan tanpa dogma agama
Tanpa jalan, entah menuju kemana
Mungkinkah cahaya?
Atau gerimis yang diluar sana?
Salahkah....salahkah....
Pada yang percaya atau yang menampiknya
Tapi tetap akan selalu 'ada'.....
***
Anti-Oedipus!
Langit makin gelap
Awan mendung menabiri pancaran cahaya
Menghapus waktu
seraya menipu hatiku, beku
Ada yang merasa tapi tak diacuhkan
Ada yang mati rasa malah dipuja
Hasrat yang tak lagi berkuasa
Berkata Tidak pada segala rasa
Menampik universalitas 'ada'
Diantara ketakmungkinan yang tercerai
Pada malam jejak revolusi
Yang jadi utopi tanpa deteriorialisasi
Yang menjadi, terus menjadi
Tubuh-tanpa-organ, melawan setiap kode
yang disakralkan sejarah rasionalisasi.
Sementara cinta palsu belaka
Tapi hidup bukan penggalan sorga
Maka, izinkan aku menikmatinya
Dengan cara sederhana...
***
Malam, Jejak Revolusi
jika saja waktu tak bersama sepi
mungkin sunyi tak lagi kita dapati
dari malam yang tertangguhkan
menyisa jejak tak ternamakan
yang tergapai
tapi tak pernah tercapai
suara desir angin
yang berkelindan gemuruh air
memagut nafasku
menahan senyum fana,
di wajah ayumu, tanpa petanda
tak tersisa, seperti mimpi tiga dimensi
masa depan yang jadi harapan
seperti arus sejarah yang tanpa ukuran
belum berakhir, terus mengalir
mungkin disebuah hari
kita temukan jejak revolusi...
Komentar
Posting Komentar