Langsung ke konten utama

Tubuh = Komoditas!!!



Dalam tatanan sosial kontemporer sekarang ini, tidakkah kita melihat sebuah fenomena yang seringkali paradoks bahkan kontradiktif? adakah kita pernah bertanya-tanya atau setidaknya merasa asing darinya? atau kita merasa biasa-biasa saja dan bahkan hanyut dalam kendali 'realitas' tersebut?
Banyak memang, masalah yang membelit... tapi adalah kita pernah berfikir tentang "tubuh" yang kemudian hanya seperti semacam komoditas yang dijajakan, dipamerkan, seperti halnya barang-barang yang diperjual-belikan? sistem sosial yang hari ini semakin menghamba pada ekonomi kapitalis tak pelak lagi menggiring kesadaran kita untuk menjadi "sempurna". Pendek kata, ada propaganda yang membius kita untuk mengikuti "mode" yang seharusnya, ada semacam kriteria 'objektif' yang dikondisikan para penguasa mode dan trend untuk mengondisikan dan menetapkan mana yang "keren" dan mana yang "kampungan". Dan tentu semua itu tak lain hanyalah sebuah rayuan canggih yang ujung-ujungnya mencari keuntungan sebesar-besarnya. "tubuh" (terutama pada wanita) dieksploitasi habis-habisan sebagai komoditas yang layak jual, ada penindasan terselubung dimana wanita dijadikan obyek fetish. 
Wanita dituntut untuk menjadi cantik dengan desain mode terbaru, rambut mode terbaru, kulit putih, langsing, wangi, dan kriteria lainnya yang dianggap sebagai kriteria kecantikan universal. ada tuntutan bahwa tubuhmu tak njamani, tidak oke! so harus dipermak dan diubah sedemikian rupa. Dalam situasi ini perempuan tak punya hak atas tubuhnya sendiri. tak heran jika kemudian berbagai tawaran yang mempropagandakan "cantik" akan dijabani tiap wanita meski harganya selangit!
Demikianlah, mode produksi kapitalisme diam-diam menjadikan tubuh perempuan sebagai produk ekonomi yang disesuaikan dengan standar kesempurnaan kultural tertentu yang ditentukan oleh hukum kapitalisme itu sendiri. Jadi pertanyaan apakah saya cantik? atau apakah tubuh saya ideal? hal ini jelaslah tidak ditempatkan dalam kerangka estetika, tapi lebih kepada penindasan kultural yang menyeragamkan kriteria "cantik" itu sendiri...
Lantas apakah cantik itu? tak mudah memang menjawabnya, hanya saja kriteria yang menjadi tuntutan cantik hari ini tentu bukanlah cantik yang lagi alami, tapi ditentukan dengan logika pasar. Ironisnya adalah ketika politikus laki-laki tambun, jelek, kumisnya berantakan, orang masih menghargainya. namun perempuan kendati pekerjaannya tidak menuntut demikian, yang pertama dinilai adalah tampilan luarnya, tentu dengan kriteria tertentu yang sudah menjadi 'kesepakatan umum', terutama yg dikhotbahkan para penguasa modal.
Lantas kita boleh bertanya: jangan-jangan kita hanya dijadikan objek agar menjadi konsumer yang hanya menuruti kehendak iklan dan segala macam produk yang sebenarnya tak kita butuhkan? namun itu jadi kebutuhan yang tak terelakkan? diam-diam kita sedang dijangkiti 'citra' yang memandang tubuh sebagai 'berhala', terutama perempuan sebagai komoditas belaka....

Komentar

Populer