Dalam tatanan sosial kontemporer sekarang ini,
tidakkah kita melihat sebuah fenomena yang seringkali paradoks bahkan
kontradiktif? adakah kita pernah bertanya-tanya atau setidaknya merasa asing
darinya? atau kita merasa biasa-biasa saja dan bahkan hanyut dalam kendali
'realitas' tersebut?
Banyak memang, masalah yang membelit... tapi adalah kita pernah berfikir
tentang "tubuh" yang kemudian hanya seperti semacam komoditas yang
dijajakan, dipamerkan, seperti halnya barang-barang yang diperjual-belikan?
sistem sosial yang hari ini semakin menghamba pada ekonomi kapitalis tak pelak
lagi menggiring kesadaran kita untuk menjadi "sempurna". Pendek kata, ada propaganda yang
membius kita untuk mengikuti "mode" yang seharusnya, ada semacam
kriteria 'objektif' yang dikondisikan para penguasa mode dan trend untuk
mengondisikan dan menetapkan mana yang "keren" dan mana yang
"kampungan". Dan tentu semua itu tak lain hanyalah sebuah rayuan
canggih yang ujung-ujungnya mencari keuntungan sebesar-besarnya.
"tubuh" (terutama pada wanita) dieksploitasi habis-habisan sebagai
komoditas yang layak jual, ada penindasan terselubung dimana wanita dijadikan
obyek fetish.
Wanita dituntut untuk menjadi cantik dengan desain mode terbaru, rambut mode
terbaru, kulit putih, langsing, wangi, dan kriteria lainnya yang dianggap
sebagai kriteria kecantikan universal. ada tuntutan bahwa tubuhmu tak
njamani, tidak oke! so harus dipermak dan diubah sedemikian rupa. Dalam
situasi ini perempuan tak punya hak atas tubuhnya sendiri. tak heran jika
kemudian berbagai tawaran yang mempropagandakan "cantik" akan
dijabani tiap wanita meski harganya selangit!
Demikianlah, mode produksi kapitalisme diam-diam
menjadikan tubuh perempuan sebagai produk ekonomi yang disesuaikan dengan
standar kesempurnaan kultural tertentu yang ditentukan oleh hukum kapitalisme
itu sendiri. Jadi
pertanyaan apakah saya cantik? atau apakah tubuh saya ideal? hal ini jelaslah
tidak ditempatkan dalam kerangka estetika, tapi lebih kepada penindasan
kultural yang menyeragamkan kriteria "cantik" itu sendiri...
Lantas apakah cantik itu? tak mudah memang
menjawabnya, hanya saja kriteria yang menjadi tuntutan cantik hari ini tentu
bukanlah cantik yang lagi alami, tapi ditentukan dengan logika pasar. Ironisnya adalah ketika politikus laki-laki tambun,
jelek, kumisnya berantakan, orang masih menghargainya. namun perempuan kendati
pekerjaannya tidak menuntut demikian, yang pertama dinilai adalah tampilan
luarnya, tentu dengan kriteria tertentu yang sudah menjadi 'kesepakatan umum',
terutama yg dikhotbahkan para penguasa modal.
Lantas kita boleh bertanya: jangan-jangan kita hanya
dijadikan objek agar menjadi konsumer yang hanya menuruti kehendak iklan dan
segala macam produk yang sebenarnya tak kita butuhkan? namun itu jadi kebutuhan
yang tak terelakkan? diam-diam kita sedang dijangkiti 'citra' yang memandang
tubuh sebagai 'berhala', terutama perempuan sebagai komoditas belaka....
Komentar
Posting Komentar