Fathanah, barangkali, adalah sebuah tanda zaman. Kita tak tahu pasti, kenapa orang berlatar belakang ‘islamis’ seperti dirinya membuat ulah di luar akal sehat kita. Seorang politisi yang juga penguasaha, begitulah dirinya. Ia adalah sebuah gambaran sistem sosial kemasyarakatan kita yang kian banal. Adalah ‘demokrasi’ yang kian ‘liberal’ di mana yang-politik telah dikangkangi oleh kepentingan untung-rugi, dengan kata lain sebuah pasar—membuat ‘uang rakyat’ bersih, ludes diembat orang macam Fathanah. Perawakannya terlihat elegant layaknya pengusaha (atau malah mafia ?hehe). Dengan raut muka yang terlihat wibawa, orang tak akan menyangka jika ia ternyata adalah seorang pecandu wanita, atau seorang perampok yang memiskinkan moral dan kekayaan negara. Dengan santai ia akui semua. Ia korup dana impor sapi, lalu ia cuci uang itu untuk membeli sejengkal ‘cinta satu malam’. Ia memang tak gila, setidaknya secara mental, tapi ‘gila’ secara sosial. Sebuah laku yang absurd yang ia ...