Langsung ke konten utama

Postingan

KEMATIAN TAHUN BARU

Mendebur lepas dibibir pantai Semakin dekat menelungkup imaji Berbaris menjuntai sepi Dalam kegamblangan bahasa-nya Retoris, tanpa kendali makna Aku terguncang Dalam gelap yang menyapa Dalam sisa tengat waktunya Sebuah kebaruan dengan segala hingar-bingarnya Tanpa jejak logos yang mendasari Tanpa sandaran makna yang menyelubungi Hingga sisa malam ini Masihkah kita menipu diri? Dalam kehampaan dan kekosongan ini Ramai semakin ramai Bunga-bunga api kian tinggi Dalam batas kesadaran Dengan hasrat yang membelai Manusia-manusia naïf itu? Berjalan gagah bak patriot Tapi semua itu palsu… Apakah semua telah mati? Terkurung dalam rasio pelampiasan sejati? Dimana makna aslinya? Hilang semua tertelan bait hiperealitas… 01 januari 2012 00.00 @krakal beach

Sublimasi CINTA

Tubuh yang semakin lemas Terkulai hanyut tanpa batas Dibalik cahaya bening itu Terspektrum sebuah untaian refleksi Hamparan pantai yang luas ini Bersama lepas deburan ombaknya Menyatu dengan serpihan pasir putihnya Merasuk dalam relung akal budi Ketika cinta berjelaga Mengalun indah kendalinya Entah bagaimana terasa Semakin tinggi Menyumbui lekat perbedaan Kau dan aku dalam pluralitas Anti-reduksionismenya Memilah kejam ekses bertanda Dalam tubuh tanpa organ Memalsu tanda yang terbaca Dan cinta kan tiba diantara puing realitas Berlarilah dengan ritmik ambivalensi

WANITA DAN PERANAN POLITIKNYA

            Membicarakan wanita tentu seperti menelusuri seabrek permasalahan. Seperti kita ketahui bahwa dalam sejarahnya peran wanita terutama dalam ranah publik selalu mengalami dialektika. Wanita sering menjadi objek eksploitasi dimana terjadi semacam marjinalisasi atas hak asasinya. Posisinya dalam ranah publik dan privat sekalipun selalu dinomor duakan, seolah-olah mereka adalah makhluk nomor dua setelah laki-laki. Bahkan tak jarang pemarjinalan tersebut dilegitimasi oleh dogma agama. Tentunya, hal tersebut tak akan lepas dari konteks budaya patriarkhi yang memang telah mengakar dalam system kebudayaan. Seorang filsuf sekaliber aristoteles pun memgatakan bahwa wanita: “Laki-laki yang tidak lengkap, ia tidak serasional laki-laki, karenanya secara alami ia diatur laki-laki”.             Memang sungguh sangat problematis membicarakan masalah gender dalam konteks zaman kon...

MENEROPONG JEJAK PEMIKIRAN KH AHMAD DAHLAN

Kyai Ahmad Dahlan merupakan tokoh nasional yang tak asing lagi di dalam decak gendang telinga kita.   Berkat jasa beliau islam ditanah jawa dipandang tidak secara kaku dan eksklusif namun secara inklusif dan penuh dengan toleransi. Beliau merupakan sosok yang mampu merubah paradigm berpikir umat islam dari kungkungan dogma yang justru mengebiri umat islam itu sendiri. pemikirannya bisa dibilang melampaui pemikiran umat islam pada decade itu. Tak terlalu berlebihan kiranya jika gelar sebagai seorang mujadid atau sang pencerah kita sandangkan kepada tokoh yang satu ini. Namun uniknya pemikiran-pemikiran ‘segar’ beliau tersebut tidak terejawantahkan dalam manuskrip. Beliau tidak pernah membuat karya dalam bentuk buku layaknya para filsuf yang merubah dunia dengan pemikirannya lewat karya tulis. Namun bukan berarti kyai Dahlan tidak berkarya, hanya saja caranya yang berbeda. Jika dirunut pemikiran kyai Dahlan dapat kita lacak melalui masterpiece -nya yang berupa karya nyata lewat p...

MENCARI AKAR IDENTITAS BUDAYA DALAM BINGKAI KEINDONESIAAN

 AVANT PROPOST Berbicara tentang Indonesia sebagai sebuah bangsa tentu tak akan lepas dari nilai kebudayaannya yang beraneka ragam dan kompleks. Dari berbagai keragaman itu mulai dari aspek budaya, bahasa, hingga agama menciptakan semacam identitas tersendiri akan sebuah komunitas masyarakatnya. Identitas kebudayaan yang melekat dalam subkultur masarakat Indonesia tersebut  menjadi penanda akan adanya eksistensi kearifan local. Kearifan local dalam setiap ranah kebudayaan memiliki pakemnya masing-masing. Ia membentuk kaidah normatif akan nilai-nilai yang mencirikan entitas masyrakatnya. Tentu nilai dan norma dalam setiap kebudayaan itu relatif, namun relativitas itulah yang menjadikan ciri khas dalam tatanan sosial yang berkembang dalam sebuah lanskap kebudayaan. Dalam bingkai keindonesiaan nilai yang particular tersebut disatukan dalam kesadaran politik nasional. Kesadaran akan nasionalisme yang menciptakan inkorporasi cultural itu kemudian dilembagakan dalam ideologi pan...

MEMAKNAI HAKIKAT TAHUN BARU

Sudah menjadi kebiasaan umum dimana dalam setiap pergantian tahun terjadi semacam euphoria yang menghingar-bingar. Tahun baru memang telah menjadi ajang yang membahana dengan gemerlap pesta. Sebuah ritual tahunan dengan pola seremonial yang membius semua manusia untuk menunjukkan suka cita terhadap dunia yang semakin menua. Ledakan petasan, kembang api warna-warni, serta tiupan terompet telah menjadi penanda akan hadirnya kebaruan waktu, yang menjadi semacam ketidakkhusyukan apabila semua itu ditinggalkan. Dan semua orang pun dengan antusiasmenya membanjiri tiap sudut kota. Seoalah tak melibatkan diri didalamnya sudah menjadi seseorang yang kuper, kuno, alay dan semacamnya. Dengan semangat yang berapi-api untuk memeriahkan tahun baru, banyak orang yang rela menghabiskan uangnya untuk sekedar melampiaskan hasratnya. Bahkan semua itu menyimbolkan suatu prestise tersendiri terkait dengan identitas social. Dimana simbolitas tersebut mencitrakan semangat muda, gaya, dan berkelas. Namun, ...

poskolonialisme dalam karya sastra

A.       Prawacana Karya sastra telah menjadi semacam estetika yang melekat dalam kehidupan manusia. Ia menjadi semacam wahana dalam mengaktualisasikan diri terhadap kondisi sosio-politik maupun sosio-budaya oleh pembuatnya. Karya sastra juga menjadi ajang penumpahan perasaan dan inspirasi tentang pandangan hidup dan kehidupan pribadi penulisnya.  Tentunya membicarakan karya sastra secara defintif sangat luas. Namun dalam hal ini, karya sastra tidak sekedar sebagai ekspresi jiwa sang penulis seperti dalam definisi kaum romantic namun juga cerminan masyarakat, alat perjuangan social, alat menyuarakan aspirasi dan nasib kaum tertindas, seperti yang terdapat dalam gagasan mengenai realism, naturalism, dan realism sosialis (Faruk, 2010: 45). Sebagai fenomena budaya, karya sastra tentu tidak lahir dari suatu ruang hampa dimana sebuah karya sastra baik itu novel, puisi, ataupun cerpen selalu merangkum fenomena social dalam kehi...