Akhirnya aku dapati
hujan yang turun
Pada jalan yg basah
Air kembali, menyeka tanah
Selepas kering sekian lama
Sayang tak ku lihat
Pada tiap titik airnya
Merintik saat gerimis
menabrak genteng
Hanya mengubang, dijalanan
hujan yang turun
Pada jalan yg basah
Air kembali, menyeka tanah
Selepas kering sekian lama
Sayang tak ku lihat
Pada tiap titik airnya
Merintik saat gerimis
menabrak genteng
Hanya mengubang, dijalanan
Aku hanya ingin,
Melihat hujan turun
Sederas aliran sungai,
diatas lembah, diantara bukit
Dikaki gunung perahu
Agar percik hujan,
basuh luka, luruhkan bercak lara...
Dengan segala dingin, pula teduh
Juga sedih dan air mata
Seperti dulu, sebelum kau lupa
Bahwa aku tak kuasa, pergi, hilangkan semua...
Aku mengiangmu lagi,
Pada lembaran kertas terserak
Menyerta buku-buku menumpuk
Yang inginkan segera,
selesaikan skripsiku yang masih tertunda...
Aku tahu, kau tak akan lagi
Mengacuhkan aku, hanya dalam mimpi
Tiga dimensi....
***
Dicakrawala,
langit senja kemarau
memerah muda
Pada biru yang mulai gelap
Bulan pun berpijar satu lingkaran
Seolah semua menera tanda
Pada manusia yang mulai lupa
melawan takdir alam semesta
Merusak ekologi dengan segala,
keberlebihannya yang jadi berhala
langit senja kemarau
memerah muda
Pada biru yang mulai gelap
Bulan pun berpijar satu lingkaran
Seolah semua menera tanda
Pada manusia yang mulai lupa
melawan takdir alam semesta
Merusak ekologi dengan segala,
keberlebihannya yang jadi berhala
Tapi, hari ini aku ingin lupa
Pada ajaran yang disebut iman
Begitu pula sesembahan
Yang dinamai tuhan
Pada surga dan neraka
Yang hanya menakuti persepsi
Pula dosa dan pahala
Yang membuat kita percaya
Atau cinta yang buta
Yang sebenarnya hasrat untuk berkuasa
Sudah saatnya,
Berkata "ya" pada tubuh
Menolak yang "ada"
pada kekosongan strata
Dicakrawala,
semua diam, membisu dalam ketiadaan..
***
Berjalan waktu bisu
Terkadang beku, dalam sendiri
Saat harapan kering
Menyisa sesal, tentang yang lalu, terjejaki
Seperti kemarin, ditoko buku
Menyapa ia, seseorang dalam hangat
Ia menyelinap, lenyap sebelum terkenang
Seperti hidup,
Yang terkadang sisakan
Terkadang beku, dalam sendiri
Saat harapan kering
Menyisa sesal, tentang yang lalu, terjejaki
Seperti kemarin, ditoko buku
Menyapa ia, seseorang dalam hangat
Ia menyelinap, lenyap sebelum terkenang
Seperti hidup,
Yang terkadang sisakan
Kehilangan demi kehilangan
Barangkali semua hanya bagian
Dari jalan, menuju kebahagiaan
Dalam hidup,
Barangkali kita harus siap
kehilangan apa yang tak diinginkan hilang
Menemukan lagi, kebaruan yang masih tersimpan,
Masa depan,
seperti takdir yang terpantul sempurna,
Pada alam semesta yang tertata
Serta anugerah kebebasan manusia
Untuk memilih yang terbaik baginya
Meski kadang kebebasan itu tak bebas
dibatasi orang lain, yang juga, punya kebebasan...
Aku ingin berlari lagi
Pada tapal batas kesempurnaan
Ternyata, aku sedang melantur sendiri
--di sebuah toilet....
Barangkali semua hanya bagian
Dari jalan, menuju kebahagiaan
Dalam hidup,
Barangkali kita harus siap
kehilangan apa yang tak diinginkan hilang
Menemukan lagi, kebaruan yang masih tersimpan,
Masa depan,
seperti takdir yang terpantul sempurna,
Pada alam semesta yang tertata
Serta anugerah kebebasan manusia
Untuk memilih yang terbaik baginya
Meski kadang kebebasan itu tak bebas
dibatasi orang lain, yang juga, punya kebebasan...
Aku ingin berlari lagi
Pada tapal batas kesempurnaan
Ternyata, aku sedang melantur sendiri
--di sebuah toilet....
***
Seringkali Aku tak kuasa, memikirkan semua
Dalam satu wadah, sebuah definisi
Semuanya selalu tak tetap
Bahkan selalu berkekurangan, tak sempurna
Universal?
Dalam satu wadah, sebuah definisi
Semuanya selalu tak tetap
Bahkan selalu berkekurangan, tak sempurna
Universal?
Diluar ruang-waktu, bejelaga...
Tentang manusia, hidup, dan cinta
Atau bumi, keadilan, serta keberanian?
Semuanya saling berebut makna, berebut kuasa
Pada kaidah yang 'paling' sahih untuk ada
Tentang manusia, hidup, dan cinta
Atau bumi, keadilan, serta keberanian?
Semuanya saling berebut makna, berebut kuasa
Pada kaidah yang 'paling' sahih untuk ada
Nilai-nilai itu jadi absurd
Berpijak pada sejarah, penuh darah,
Atas nama otoritas kuasa pemegang tafsir...
Aku dalam waham...
Yang ada hanya ketakmenentuan...
kebenaran yang bersembunyi
Atau disembunyikan?
Seperti cinta, yang sejatinya, ada bersama kita?
Bersama yang-lain, yang juga manusia?
Ah, Bukankah Tuhan telah "mati"?
Sehingga kehendak untuk mengusai jadi saksi?
Dimana yang ada, ada yang tak ada
Tak ada adalah ada, bersenyawa
Kini dan disini, manusia hidup,
pikirkan diri, sendiri!
Tapi, Kebenaran selalu 'ada', dan menjadi....
•antinomi
Berpijak pada sejarah, penuh darah,
Atas nama otoritas kuasa pemegang tafsir...
Aku dalam waham...
Yang ada hanya ketakmenentuan...
kebenaran yang bersembunyi
Atau disembunyikan?
Seperti cinta, yang sejatinya, ada bersama kita?
Bersama yang-lain, yang juga manusia?
Ah, Bukankah Tuhan telah "mati"?
Sehingga kehendak untuk mengusai jadi saksi?
Dimana yang ada, ada yang tak ada
Tak ada adalah ada, bersenyawa
Kini dan disini, manusia hidup,
pikirkan diri, sendiri!
Tapi, Kebenaran selalu 'ada', dan menjadi....
•antinomi
***
Pada layar monitor,
Tanah lapang hijau, layaknya dunia nyata
Beriring musik, yang merepitisi suara
Aku ingin diam, dalam bersama
Ketiga sahabat tak mau, jadi juru
Angin malam tertiup pelan kedalam
Tiga kali dua, tak terlampau lebar
Diruang ini, mata kami terjaga
Jam digital menunjuk angka 00.16
Tanah lapang hijau, layaknya dunia nyata
Beriring musik, yang merepitisi suara
Aku ingin diam, dalam bersama
Ketiga sahabat tak mau, jadi juru
Angin malam tertiup pelan kedalam
Tiga kali dua, tak terlampau lebar
Diruang ini, mata kami terjaga
Jam digital menunjuk angka 00.16
Aroma kopi menyelinap dalam pembau indera
Apakah esok kita masih bersama? Kawan?
Seperti kipas yang terus saja berputar
Menghilir angin kesegala arahnya
Ah! Tapi kita sudah tinggalkan cerita...
Diluar hening, gelap menghitam
Hanya lampu berpijar temaram
Saat aku buka, dibelakang pintu
Sepasang biru sepatu wanita
Dan lantai hitam-putih jadi saksi jejak kita
Disini semua terkenang,
Pada dinding yang dihias gambar erotika
Tubuh-tubuh itu memanggilmu, dalam kama
Dihadapnya warna merah,
Huruf-huruf sudah terukir dikertas
"And all that he was, is just a tragedy..."
@kamar sepur....
Apakah esok kita masih bersama? Kawan?
Seperti kipas yang terus saja berputar
Menghilir angin kesegala arahnya
Ah! Tapi kita sudah tinggalkan cerita...
Diluar hening, gelap menghitam
Hanya lampu berpijar temaram
Saat aku buka, dibelakang pintu
Sepasang biru sepatu wanita
Dan lantai hitam-putih jadi saksi jejak kita
Disini semua terkenang,
Pada dinding yang dihias gambar erotika
Tubuh-tubuh itu memanggilmu, dalam kama
Dihadapnya warna merah,
Huruf-huruf sudah terukir dikertas
"And all that he was, is just a tragedy..."
@kamar sepur....
***
Dalam kamar yang hambar
Hanya suara laptop, melenting nada, liris
Tentang lagu cinta, yang luka
Kekasihnya, berputus harap
Tapi mereka diam....
Asap mengepul disekitarnya
Seteguk cangkir kopi hitam,
melumatkan ingatan lalu...
tak banyak bincang
Hanya suara laptop, melenting nada, liris
Tentang lagu cinta, yang luka
Kekasihnya, berputus harap
Tapi mereka diam....
Asap mengepul disekitarnya
Seteguk cangkir kopi hitam,
melumatkan ingatan lalu...
tak banyak bincang
Dua orang kawanku, membisu senyap
Sibuk sendiri, bersama tangan yang terus tergerak
Mata yang mencari arus angin
Tak tercekal, hanya gambar ka'bah
Kapankah? Aku bisa kesana?
Tempat itu, mungkinkah aku akan berada?
Bersama orang tuaku,
mengunjungi yang sunyi,
rumah milik semua manusia,
Atas kuasa-Nya yang maha, tiada batas...
@kamar pak-D
Sibuk sendiri, bersama tangan yang terus tergerak
Mata yang mencari arus angin
Tak tercekal, hanya gambar ka'bah
Kapankah? Aku bisa kesana?
Tempat itu, mungkinkah aku akan berada?
Bersama orang tuaku,
mengunjungi yang sunyi,
rumah milik semua manusia,
Atas kuasa-Nya yang maha, tiada batas...
@kamar pak-D
***
Beberapa menit tadi
Langit terlihat memerah muda
Diantaranya bulan bertahta terang cahaya
Menyerta mendung mengarak, sesegera menudung terangnya...
Hilang aku tiada arahnya
Barat dan timur tak ada beda
Aku tahu esok menelanjang peristiwa
Hanya gurat-gurat waktu lalu, selalu bergema
Masa depan yang jadi rahasia
Entahlah hatiku masih menunggunya--dalam gelap...
Langit terlihat memerah muda
Diantaranya bulan bertahta terang cahaya
Menyerta mendung mengarak, sesegera menudung terangnya...
Hilang aku tiada arahnya
Barat dan timur tak ada beda
Aku tahu esok menelanjang peristiwa
Hanya gurat-gurat waktu lalu, selalu bergema
Masa depan yang jadi rahasia
Entahlah hatiku masih menunggunya--dalam gelap...
Komentar
Posting Komentar