Agony kala senja
Waktu berlalu...
Pada bangku depan serambi
Diujung cakrawala,
Matahari tergelincir tinggalkan cahaya
Seperti terjatuh
Perlahan menembus langit
Yang kian gelap kemerahan
Apakah ini akhir?
Dan segala jiwa akan dihakimi
Pada bangku depan serambi
Diujung cakrawala,
Matahari tergelincir tinggalkan cahaya
Seperti terjatuh
Perlahan menembus langit
Yang kian gelap kemerahan
Apakah ini akhir?
Dan segala jiwa akan dihakimi
Atas laku terhina pernah terjejaki
Cinta yang layu, sebelum waktu
Memikat janji tergenang palsu
Semua pergi tinggalkan resahku
Aku.....
Aku diusir dari pandangan matamu...
Cinta yang layu, sebelum waktu
Memikat janji tergenang palsu
Semua pergi tinggalkan resahku
Aku.....
Aku diusir dari pandangan matamu...
***
•Temanggung
Lepas dan berputar tinggalkan
Tanahku, tempat mengenali hidup
Kala cahaya sore berpendar
Dibawah kubah, aku berdiri
Sepanjang jalan tertampak hilir
Silih berganti mencari arah
Di ujung bukit,
sececah halimun menabir
Pada Sindoro yg kian malu
Oleh keangkuhanku tak pahami alamku..
Tanahku, tempat mengenali hidup
Kala cahaya sore berpendar
Dibawah kubah, aku berdiri
Sepanjang jalan tertampak hilir
Silih berganti mencari arah
Di ujung bukit,
sececah halimun menabir
Pada Sindoro yg kian malu
Oleh keangkuhanku tak pahami alamku..
Mungkin hijau tembakau
Beriring aromanya terbawa bulir udara
Gelombang angin yang memecah suara
Pula kelimun mega membawa pesan rindunya
Dikaca-kaca surau tak terlihat
Hanya sunyi menderapkan sujud
Mencairkan yg cair
Memadatkan yg padat
Menunggu kelam rintik hujan
Yang lama, tak terlihat bianglala
Aku hanya diam,
menunggu waktu
Pada saatnya kembali
Aku akan menjemputnya mati
Dinding yang bisu,
Aku hadapkan wajahku
Dalam hening arah sujudku...
***
Fundamental (logosentrisme)
Jengah! Aku dengar lagi...
Api berkobar di bumi pertiwi, yang bhineka
Mereka yang merasa diri, miliki kebenaran
Yang mewakili Tuhan dijagad raya
Yang mengklaim suci dalam satu bahasa
Membela Tuhan, dalam hegemoni tafsir
beda harus lenyap dalam dunia
Tak sama tak layak bernyawa
Miris sudah aku lihat kebodohan manusia
Api berkobar di bumi pertiwi, yang bhineka
Mereka yang merasa diri, miliki kebenaran
Yang mewakili Tuhan dijagad raya
Yang mengklaim suci dalam satu bahasa
Membela Tuhan, dalam hegemoni tafsir
beda harus lenyap dalam dunia
Tak sama tak layak bernyawa
Miris sudah aku lihat kebodohan manusia
Tuhan, kenapa engkau selalu saja jadi rebutan?
Apakah terlalu sakral,
Sehingga kami rela melecut kuasa
Atas nama keagungan maha pengasih-Mu
Atas nama teks yang beku
Sampai kapan lagi?
Klaim kebenaran jadi rebutan
Klaim keselamatan jadi berhala
Darah yang tumpah,
Jadi saksi bisunya,
atas nama nafsu untuk berkuasa
Atas nama cinta yang membuta
Atas nama keadilan tanpa dialektika
Kami manusia, tak pahami,
misi universal ayat semesta...
Demi janji palsu para penguasa
Selagi agama masih dikuasai dogma
Selamanya Kebenaran akan bersaksi
Direnggutkan dalam satu kuasa tafsir
Untuk mereka yang dilabeli kafir
Tak ada cinta atas rahmat akan hadirnya mereka, yang-beda...
Maafkan kami Tuhan, kami lupa, bermunajat pada, cinta yang sunyi,
saat pagi, mentari menyuluh tubuhku, setia
tak acuhkan keberbedaannya yang beda...
Surga-neraka, tujuan hamba harapkan riba
"Mereka" berdosa, "kami" suci tanpa noda
Membunuh sesamanya,
atas nama-Mu yang ditafsir homogenkan dunia...
Apakah terlalu sakral,
Sehingga kami rela melecut kuasa
Atas nama keagungan maha pengasih-Mu
Atas nama teks yang beku
Sampai kapan lagi?
Klaim kebenaran jadi rebutan
Klaim keselamatan jadi berhala
Darah yang tumpah,
Jadi saksi bisunya,
atas nama nafsu untuk berkuasa
Atas nama cinta yang membuta
Atas nama keadilan tanpa dialektika
Kami manusia, tak pahami,
misi universal ayat semesta...
Demi janji palsu para penguasa
Selagi agama masih dikuasai dogma
Selamanya Kebenaran akan bersaksi
Direnggutkan dalam satu kuasa tafsir
Untuk mereka yang dilabeli kafir
Tak ada cinta atas rahmat akan hadirnya mereka, yang-beda...
Maafkan kami Tuhan, kami lupa, bermunajat pada, cinta yang sunyi,
saat pagi, mentari menyuluh tubuhku, setia
tak acuhkan keberbedaannya yang beda...
Surga-neraka, tujuan hamba harapkan riba
"Mereka" berdosa, "kami" suci tanpa noda
Membunuh sesamanya,
atas nama-Mu yang ditafsir homogenkan dunia...
***
From Yesterday
membekas...
pada remah terakhir pagi ini
memaulai hari dengan larut sunyi
sebuah wajah lenyap kini
tinggalkan puing cerita
derapkan langkah terlupa
pada sepenggalah mentari
aku terhentak saat mimpi
membuka mata,
pada remah terakhir pagi ini
memaulai hari dengan larut sunyi
sebuah wajah lenyap kini
tinggalkan puing cerita
derapkan langkah terlupa
pada sepenggalah mentari
aku terhentak saat mimpi
membuka mata,
menutup jiwa,
meninggalkan cinta
yang tak harapkan
hanya ingatan, kian terlupakan
berdentum nada
jejak resah yang lalu
sudah jadi cerita,
terkenang tanpa, hadirmu
hanya sebuah not
mengalun setia
menghias telinga, pagi ini
dibawah sana, bergema--From Yesterday.......
meninggalkan cinta
yang tak harapkan
hanya ingatan, kian terlupakan
berdentum nada
jejak resah yang lalu
sudah jadi cerita,
terkenang tanpa, hadirmu
hanya sebuah not
mengalun setia
menghias telinga, pagi ini
dibawah sana, bergema--From Yesterday.......
***
Sepi waktu
melengking dalam pembatasan
bunyinya mendekap setelah pergi
seperti terbang, pada kiasan
temaram lampu, menandai sunyi
dia yang hadir, dalam absensi
menjemput pagi, tanpa bias janji
sepalsu cinta, hitam berjelaga
terjaga mata, menuai fenomena
kegelisahan menelusup
bunyinya mendekap setelah pergi
seperti terbang, pada kiasan
temaram lampu, menandai sunyi
dia yang hadir, dalam absensi
menjemput pagi, tanpa bias janji
sepalsu cinta, hitam berjelaga
terjaga mata, menuai fenomena
kegelisahan menelusup
lepas, mengebiri jejak
pada masa lalu, yang hilang
menguliti sajak, ingatan sayu
terhubung, sepinya waktu..
jam berdetak...
menenggelamkan peristiswa
pada angka dua belas
yang lambat menceritakan
tentang rasa, membekas terlupa
biar malam menyisa pagi
aku gadaikan rasaku dalam sepi...
pada masa lalu, yang hilang
menguliti sajak, ingatan sayu
terhubung, sepinya waktu..
jam berdetak...
menenggelamkan peristiswa
pada angka dua belas
yang lambat menceritakan
tentang rasa, membekas terlupa
biar malam menyisa pagi
aku gadaikan rasaku dalam sepi...
***
Kiasma
terkadang, aku ingin
berlari dalam hitam malam
lenyap bersama desau angin
mencari makna tentang kebaruan
saat realitas jadi saksi
membuta akal pada yang suci
dikebiri doxa tanpa,
keberanian konfrontasi
tapi mereka sudah jadi mati
berlari dalam hitam malam
lenyap bersama desau angin
mencari makna tentang kebaruan
saat realitas jadi saksi
membuta akal pada yang suci
dikebiri doxa tanpa,
keberanian konfrontasi
tapi mereka sudah jadi mati
dalam kuasa tafsir
yang beda adalah kafir
malam, tak pernah bertadah hujan
sampai kini, masih kering ditanah
seperti mimpi dalam tubuh sepi
aku tak akan kembali
memungut cintanya bersembunyi
kudapati... kebenaran sejati
dalam hening, malam sunyi...
yang beda adalah kafir
malam, tak pernah bertadah hujan
sampai kini, masih kering ditanah
seperti mimpi dalam tubuh sepi
aku tak akan kembali
memungut cintanya bersembunyi
kudapati... kebenaran sejati
dalam hening, malam sunyi...
Komentar
Posting Komentar