Langsung ke konten utama

Perempuan itu???




Dunia ini bagaikan sesobek brokat, ilustrasi mencengangkan diawal dari sebuah buku yang teramat bagus. Berangsiapa percaya ditempat ini segalanya ber-“ada”, biar ia atau dia diberi nama : “Ratu dunia!”
Wahai tubuh! Telah sangat lama kau perbudak begitu banyak lelaki merdeka! Berhentilah berkomplot barang sejenak. Bebaslah dari dirimu sejurus sebelum kau mati.
Atau jika kau serupa keledai kelebihan beban, atau timba tua yang tak mungkin pergi kecuali jatuh, maka tinggalkan ruhku sendirian!
Dapatilah seorang teman lain. Aku selesai memainkan permainanmu. Akali seorang yang lain. Ucapkan selamat tinggal padaku. Telah kau renggut hampir semua hidupku. Temukan (lagi) korban lain. (inilah) yang mengingatkanku pada kisah si Guntur dan istrinya—saban tahun mereka jatuh miskin,

Guntur menghampiri istrinya dan berkata:
Sayang, kau masih punya perangkap dan daya tarik utuh. Pergi, dan tangkap seekor buruan. Pasanglah jerat buat seekor burung besar! Pamerkan umpan, tapi jangan berikan. Biar dia tahu apa yang dia hasrati, tapi kecewakan dia. Biar dia lihat apa yang diinginkannya dari dalam perangkap!”
Maka istrinya mendatangi hakim setempat.
“Tuan, suamiku tak mau menafkahiku sebagaimana mestinya, dia tak berikan apa yang ku butuhkan.”
Itulah cara ia memulai, dan singkat cerita sang hakim kecantol oleh lagak lugunya yang kenes dan genit. Dia tertarik padanya.
“Ada terlalu banyak keributan diruang pengadilan ini. Jika kau berkenan temui aku dirumahku, maka kita dapat berbincang secara mendetail tentang bagaimana suamimu melalimimu.”
Si istri muda menjawab:
“Tapi kuyakin kalau disana, seperti jua disini, akan ada kedatangan dan kepergian tak putus-putus dari orang yang hendak berbincang denganmu.”
***
Saat rumah pikiran sesak oleh keinginan, hatimu dirubung kecemasan. Badan yang lain barangkali waras, tapi dalam dadamu ada lalu-lalang tiada henti.
Dapatkah naungan aman justru pada badai musim gugur? Biar mawar ungu tahun kemarin menanggalkan tangkainya. Bunga itu mesti pergi, agar pucuk-pucuk baru dapat tumbuh kembali.
Demi pertumbuhan baru, pohon hati hidup, istirahatkan keangkuhanmu. Tidur dan lepaskan diri, dan bangunlah dalam bingkai yang baru, seperti Ashabul Kahfi yang sungguh-sunguh bangun, meski mereka nampak lelap tertidur.
***
Kembali ke hakim dan istri muda:
“Apa yang akan kita lakukan, sayang?” Tanya hakim.
“Kita bisa pergi kerumahku, ta ada siapa-siapa disana. Suamiku pergi ke pedalaman. Kita akan berduaan saja. Datanglah malam hari. Tak seorangpun akan melihatmu, datanglah saat orang-orang tertidur pulas. Seolah mereka mabuk oleh anggur. Tidur-mati, seolah mereka tergorok oleh malam—algojo hitam raksasa.”
Hakim memperhatikan bibirnya yang bergemulai saat ia berkata. Rangsangan seperti itu, telah ia anyam didepan mata buta sang hakim! Perempuan bisa dengan mudah melakukan ini semua. Iblis berkali-kali membujuk Adam, tapi hanya saat hawa menyuruh dia makan, Adam lalu memakannya. Pula kekerasan Qabil disebabkan oleh perempuan juga!
Dan ingatkah pada istri Nuh? Ia selalu menggangsir pesan kenabian suaminya. Nuh menggoreng daging dan ia memasukkan batu ke wajan, ia kirim pesan rahasia ke khalayak ramai: “Jangan biarkan lelaki ini mempengaruhimu, dia sesat!”
Sebegitukah? Perempuan oh perempuan, engkau seperti pisau bermata dua, schizophrenia, tak terperikan…
Maka sang hakim datang kala pekat malam mendera.
“aku telah dimabuk olehmu!” kata hakim
Pada saat itulah Guntur datang sekonyong-konyong, mengetuk pintu. Hakim mencari tempat bersembunyi, yang ada hanya sebuah peti tua, dia masuk dan gemetar.
“Istriku, kenapa kau selalu mengeluh? Telah kukorbankan semua untukmu tapi masih saja kau menyebutku si miskin papa dan suami sundal. Yang terakhir adalah kesalahanmu, dan yang pertama adalah dari Tuhan. Aku kini tak punya apa-apa kecuali peti ini, orang mengira ia penuh dengan emas, karena itu tak seorangpun memberi sedekah pada kita. Besok, akan kubawa ke pasar dan kubakar didepan khalayak ramai, agar semua orang melihat tak ada apa-apa didalamnya.”
“Jangan!”pekik sang istri
“Tak ada perlunya…”
Tapi Guntur sudah bulat untuk itu, pagi sekali ia mengupahi kuli panggul untuk dibawa ke pasar. Diperjalanan sang Hakim berteriak pada kuli, sang kuli ketakutan, dikiranya sesosok hantu, tapi pak hakim menjelaskan semua itu dan menyuruh para kuli untuk memanggil wakil hakim dan menebus peti itu dengan sejumlah uang.
***
Hanya sedikit orang mengerti bahwa dirinya terperangkap dalam peti, orang seperti itu melihat sekilas dunia rohani. Dia mengenal onta hilang miliknya dan yakin kemana mesti pergi. Tapi sebagian orang tak mengerti dan tak pernah merasakan bahagianya kebebasan.  Mereka hanya tahu gelap peti kenyataan, pergerakan dari kerangkeng ke kerangkeng.
Seorang bijak mengatakan: “andai kau punya kekuatan, lampaui.”
Didalamnya juga tertera: “Tak ada jalan melakukan ini kecuali melalui ilham Ilahi.”
Ada kesenangan pergi dari peti ke peti, dari kegelapan ke kegelapan. Semacam kebaruan melenakan, tapi disana datang masanya pada sebagian orang saat serupa hakim, mereka ingin keluar. Tanda dari seorang diantara mereka adalah desakan untuk menangis.
***
Pengenal Tuhan tak akan dikelabuhi dua kali oleh perkara yang sama. Dia diluar lahat bersisi enam: atas-bawah, kanan-kiri, depan-belakang kotak itu.
Dia turunan timba untuk mengentaskan Yusuf. Tubuhnya timba yang bisa menyelamatkan. Timba-timba lain turun mencari air. Timbanya mencari teman dalam kesusahan.
Timba-timba lain melekat pada jentera nasib. Timbanya dikerek oleh jari-jari Tuhan.
Apa itu timba? Apa itu jentera? Apa gerangan tali?
Sebuah metaphor tak mungkin bisa mengatakan ini. Tak ada perbandingan tepat. Seluruh pelukisan daif sama sekali saat sampai pada perkataan:
“Kau tak melempar saat kau melempar…”
***
Seratus juta tumpuk berkas
dalam segenggam padi
sejuta lelaki dalam seorang lelaki
ratusan busur anak panah
dalam satu sumpit

setitik debu membuka mulutnya,
matahari didalamnya!
Tubuh, basuh tanganmu dalam roh ini
Lautan tumpah dalam kantong air ini
Imam Mahdi dalam keledai ini
Seribu ka’bah dalam sebuah gereja dusun kecil!
Obyek tak be-ruang hidup dalam ruang

Seseorang bertanya: “Bisakah ku ejawantahkan cintaku?”
Manusia sejati tak pernah seperti apa dia, atau dia yang tampak.
Kucek matamu! Dan lihatlah sekali lagi….

Komentar

Populer