Langsung ke konten utama

"Bapak"

Hening memucat kendali tubuh tua
Pada rongga waktu, yang membawamu
menikmati hari, tanpa mimpi-mimpi
Hanya sekedar janji, mengunjungi
Rumah Ilahi, ditanah suci, dimana
Ibrahim bermakam, dan Muhammad
Mengajarkan titah keadilan

Mungkin kau tak sekuat dulu
Tanganmu semakin renta, wajahmu
penuh kerut keriput, rambutmu
berpualam putih sekujurnya
Kaca matamu semakin tebal
huruf-huruf dikertas itu, masih saja
terus kau ketik, dengan mesin ketik tua
yang terkadang, buram berdawat
pada putihnya, tanggung-tanggung terlewat

Bapak, kini kau masih saja
Seperti dulu, pada angkuhmu, juga
dingin sikapmu, kau mengajariku
Ketakadilan yang kau sebut adil
Pada tiap hembus nikotin terakhir
Disetiap petang juga fajar kizib
Suara sumbang, frase Arab
yang selalu terlantun...

malam juga semakin tak bersahabat
Kala dingin, dipucuk-pucuk udara
Merenggutkan tubuh renta itu
Hidup yang diam, juga merdeka
Apa petanda? Apa penanda?
Di enam puluh ini, kau semakin kuat
Tas-tas berisi map, kertas-ketas
segera habis, dalam pensiun
Tapi, hidup ini masih banyak,
Lebah-lebah selalu mengundangmu
Menghasilkan madu, menyambung
Nafas kita, yang tak selalu bahagia

Terkadang anakmu ini meracau
Mengeluhkan yang pergi, dari tiap bandar
Dan kau selalu bergumam:
"Sebelum aku mati, aku ingin
melihatmu duduk berpasangan,
Berdua berjanji, dipelamim bunga kelapa..."


Komentar

Populer