Langsung ke konten utama

momen Ekstatis

jika saja waktu tak bersama sepi
mungkin sunyi tak lagi kita dapati
dari malam yang tertangguhkan
menyisa jejak tak ternamakan
yang tergapai
tapi tak pernah tercapai

suara desir angin
yang berkelindan gemuruh air
memagut nafasku
menahan senyum fana,
di wajah ayumu, tanpa petanda
tak tersisa, seperti mimpi tiga dimensi

masa depan yang jadi harapan
seperti arus sejarah yang tanpa ukuran
belum berakhir, terus mengalir
mungkin disebuah hari
kita temukan jejak revolusi...

***

Riuh malam kita lepaskan
Getaran yang tak selamanya
akan terasa, pada hisap terakhirnya
Tak ku temukan jejak warna
Ungu membatu, yang hilang terbawa
Hembus udara, diatas langit-langit
Berawan tanpa cahaya, berkabunglah engkau
Yang terus mengejar kebisuan cinta
Pada dunia yang selamanya terlupa
Dikebiri hasrat untuk menjadi kuasa


Mereka yang tak mengacuhkan
Atau kebebasan, yang selalu saja tak merdeka
Dibawah monolog pohon-pohon
Menyiangi harapan, yang surut dalam muram

Aku ingin hidup yang selamanya
Tak tersentuh waktu, tak terpaku ruang
Hidup kita, selalu retak tanpa gerak pasti
Yang membuat garis batas
Ditepi-tepi arus deras narasi
Tapi mungkin akan ada yang kita temui
Yang lahir kembali, atau mati dalam sendiri
Tak mengenali, siapa ke-aku-an dalam diri
Tersisa, saat semua angkuh memajalkan sunyi
Cakrawala nun jauh, Kini dan disini,
aku tak akan menjadi
Siapa-siapa, apa pun jua
bukan pahlawan, juga tak ingin
kuasa tahta yang memukau mata
Hanya sebuku cinta, yang terlupa
Diruang rindu, pada waktu tanpa angka-angka...
Balairung lengang itu, ijinkan aku
Mengetuk pintu, memasuki ruang kosong itu...

Komentar

Populer