Langsung ke konten utama

Kartasura

Gerak mediasi menghampa malam sunyi
Terasulnya terlupa dicekal keras hati
Sore tadi, api membuncah meninggi
di hiruk-pikuk jalan, memantul raung sirine
Berkelebat hasratkan padam sesegera
Berlarian tiada karuan, tak memeduli halang-rintang
Akupun mengikuti ingatan lalu, tentang wajahnya, menguliti sunyi...



Ku ingat lagi, di Kartasura orang ramai memeriksa keluh angin
Di atasnya langit menghitam, tak menampak lintang
Gugusan cahaya menyuluh semburat kekuningan
Bulannya memantulkan redup pijar nan puitik
Seolah semua membawaku pada ingatan lalu
Tentang keindahan, yang fana, tersingkapkan ditubir batu
Diam aku menengelamkan egoku dalam gemerungsung asap karbon
Ku lihat rambutnya terurai diatas barisan cakrawala
Tapi kini wajahnya melenyap, memajalkan cinta aku percaya
Rumput-rumput menghampar hijau seketika merupa diri onak berduri

Aku segera menyadari,

Semua ini sekedar cerita dini hari
Saat malam hendak berganti pagi
Saat gelap segera bermutasi terang mentari
Wajah mu dilatih mendengar keluh dan ingin--yang seringkali tak akur
Tapi malam adalah janji...
Dan kutadahkan muka pada permadani...
Aku harapkan esok pagi, engkau tersenyum lagi
disini, aku masih menjaga mu dalam solilokui...

Komentar

Populer