mengakhiri sisa malam yang hening, hanya detak waktu yang lempang — memecah sunyi... dalam pikiran yang serba inginkan apa yang seharusnya "ada", yang mengakar menangisi utopianya, tak kuasa hadapi apa yang "ada"... kebenaran, selalu saja luput dalam genggaman, disetiap zaman, terus tumpahkan darah--korban keangkuhan sang pemegang otoritas tafsir... seperti cinta yang tenggelam pada kering bengawan, ia hilang terserap panas matahari saat kemarau panjang...